Rabu 14 Jun 2017 09:22 WIB

Kondisi Rawan Pangan Perpanjang Krisis Kemanusiaan di Afrika

Seorang wanita berjalan di sebuah kamp yang dihuni orang-orang dari berbagai bagian di Somalia yang terganggu kehidupannya akibat kekeringan parah yang mengakibatkan kelaparan.
Foto: AP
Seorang wanita berjalan di sebuah kamp yang dihuni orang-orang dari berbagai bagian di Somalia yang terganggu kehidupannya akibat kekeringan parah yang mengakibatkan kelaparan.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pejabat PBB mengingatkan kondisi rawan pangan dan kekurangan air memperpanjang krisis kemanusiaan di Wilayah Tanduk Afrika. Ahmed Meraikhi, Utusan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan mengatakan wilayah Tanduk Afrika menghadapi tingkat rawan pangan yang tak pernah terjadi sebelumnya yang berkaitan dengan konflik dan perubahan iklim.

"Keperluan kemanusiaan di wilayah Tanduk Afrika bertambah dan melampaui kemampuan donor untuk membantu," kata Meraikhi, Selasa (13/6).

Ia menambahkan sebanyak 26,5 juta orang berkutat menghadapi kondisi rawan pangan di bagian timur, tengah dan tanduk Afrika. Meraikhi mengungkapkan sebanyak 13,4 juta orang di Ethiopia, Somalia dan Kenya sudah mulai menghadapi kelaparan, kekurangan air dan penyakit menular yang diperparah oleh peristiwa alam ekstrem.

"Lebih dari tujuh juta orang di Somalia terpengaruh oleh kemarau sementara 9,2 juta memerlukan akses mendesak ke air minum yang aman guna menghindari wabah kolera," kata Meraikhi.

Ia menambahkan Somalia memerlukan lebih dari 948 juta dolar AS guna menanggulangi keperluan kemanusiaan tahun ini. Semua negara di Tanduk Afrika kecuali Sudan Selatan belum mengumumkan bencana kelaparan di dalam wilayah mereka kendati fenomena itu sudah membayang.

Meraikhi mengatakan kondisi rawan pangan di Ethiopia dan Kenya masih suram sehingga diperlukan upaya untuk melancarkan reaksi kemanusiaan guna menghindari krisis.

"Kita berada di ambang kelaparan di Ethiopia tapi resiko yang lebih besar berada di Somalia," kata Meraikhi.

Ia menambahkan 4,4 juta orang di wilayah Tanduk Afrika sudah kehilangan tempat tinggal akibat konflik dan bencana alam. Negara Tanduk Afrika dan mitra multilateral mereka harus mencari penyelesaian jangka panjang guna mempertegas masalah yang memicu krisis kemanusiaan.

Rashid Khalikov, Asisten Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemitraan Kemanusiaan dengan Timur Tengahd an Asia Tengah mendesak pemerintah regional agar memprioritaskan penanaman modal dalam campur tangan kemanusiaan jangka panjang seperti program pertanian yang cerdik cuaca, pendidikan, kesehatan, air, kebersihan dan kesehatan (WASH).

"Campur tangan yang dibidik mesti dirancang untuk meningkatkan keuletan terhadap kemarau di kalangan masyarakat lokal di wilayah Tanduk Afrika," kata Khalikov.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement