Rabu 14 Jun 2017 09:40 WIB

AS Ancam Sanksi Negara yang Berbisnis dengan Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson mengatakan, AS sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi kepada negara-negara yang menjalin bisnis dengan Korea Utara (Korut). Hal itu dilakukan guna meningkatkan tekanan terhadap pimpinan Kim Jong-un tersebut.

Tillerson mengungkapkan hal itu ketika menghadiri sidang komite yang juga diikuti anggota parlemen AS. Dalam kesempatan tersebut, ia menilai AS harus bekerja sama dengan negara-negara untuk mengisolasi Korut.

"AS harus bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menolak akses Korut terhadap hal-hal mendasar seperti minyak dan harus mempertimbangkan apakah akan menjatuhkan sanksi kepada mereka yang berbisnis dengan Korut," ungkap Tillerson.

Menurut Tillerson, hal ini perlu dilakukan mengingat AS tidak memiliki jalinan kerja sama apapun dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Jadi cara terkuat untuk memaksakan tekanan ekonomi adalah melalui sanksi sekunder. Yakni mengancam perusahaan-perusahaan dari berbagai negara dunia ketiga bahwa mereka akan kehilangan akses ke pasar AS bila bekerja sama dengan Pyongyang.

Dalam kesempatan tersebut Tillerson juga membela rencana Presiden AS Donald Trump untuk memangkas anggaran untuk diplomasi dan bantuan luar negeri. Hal itu ia tegaskan walaupun rencana Trump tersebut dituding oleh senator dari Demokrat dan Republik hanya akan merugikan AS.

AS diketahui sedang berupaya meningkatkan tekanan dan desakan kepada Korut. Alasannya tak lain karena Korut, tanpa memedulikan sanksi PBB dan kecaman AS, terus melakukan uji coba rudal balistik dan nuklirnya.

Akibatnya, ketegangan antara AS dengan Korut sempat terjadi di Semenanjung Korea. Puncaknya yakni ketika AS mengirim kapal perang dan kapal induk ke Semenanjung Korea serta memboyong perangkat antirudal ke Korea Selatan. Kendati demikian, AS dan Korut tak terlibat kontak senjata apapun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement