REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Para saksi mengatakan, militan ISIS di Raqqa melarikan diri sebagai warga sipil untuk menghindari serangan udara yang makin intensif. Serangan udara menembaki siapa saja yang mencoba melarikan diri dari benteng Suriah ISIS saat pasukan koalisi didukung oleh Amerika Serikat bergabung menyerang para pemberontak.
Di sebuah kamp pengungsian di desa Ain Issa di utara Raqqa, orang-orang yang tiba pada Rabu mengatakan, serangan udara telah menimbulkan kerusakan luas saat pertempuran melawan ISIS semakin intensif.
Penyelidik kejahatan perang Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, serangan udara untuk menghancurkan ISIS telah membunuh setidaknya 300 warga sipil di Kota Raqqa. Raqqa jatuh ke tangan ISIS pada 2014 dalam kekacauan perang saudara Suriah.
Warga sipil yang melarikan diri mengatakan, serangan udara telah meratakan barisan blok apartemen di sepanjang jalan utama. "Namun banyak di antara mereka telah ditinggalkan oleh warga yang melarikan diri dari terorisme ISIS dan serangan di kota tersebut yang dimulai pekan lalu," katanya, Rabu, (14/6).
"Serangan pasukan koalisi menghancurkan sebuah gedung apartemen bertingkat empat. Saya melihat 10 orang terjebak di bawahnya, mereka menggunakan fosfor," kata Abu Hamoud.
Human Rights Watch mengungkapkan keprihatinannya tentang penggunaan senjata fosfor putih yang digunakan oleh koalisi pimpinan AS. Senjata itu membahayakan warga sipil saat digunakan di daerah-daerah penduduk.
Pasukan koalisi yang dipimpin AS tersebut mendukung Syrian Democratic Forces (SDF). Sebuah kelompok milisi Kurdi dan Arab yang menghabiskan waktu berbulan-bulan berjuang mengepung Raqqa di Suriah utara.