REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Sedikitnya 25 rakyat Yaman tewas setelah pesawat sekutu pimpinan Arab Saudi menyerang pasar di provinsi utara, Saada. Yaman dikoyak perang saudara, dengan pemerintahan pengasingan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dukungan sekutu pimpinan Saudi yang mencoba meraih kembali kekuasaan, yang direbut kelompok Houthi sekutu Iran, yang menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk ibu kota, Sanaa.
Direktur Departemen Kesehatan kelolaan Houthi di Saada menyatakan, pesawat itu melancarkan dua serangan atas pasar al-Mashnaq di distrik Shada, yang dekat dengan perbatasan Saudi, pada Sabtu, menewaskan 25 orang dan melukai setidak-tidaknya satu orang. "Regu penyelamat tidak dapat mencapai daerah itu untuk beberapa waktu, karena takut akan tembakan senjata berat di daerah tersebut," kata pejabat itu, Dr Abdelilah al-Azzi, kepada Reuters melalui telepon.
Laporan itu tidak dapat dipastikan secara mandiri, karena daerah tersebut terletak sangat dekat dengan garis depan, tapi beberapa gerai berita berjaringan Yaman memuat laporan serupa. Serangan udara sekutu pimpinan Saudi menewaskan 22 orang dan melukai puluhan lagi saat menghantam pasar di Yaman barat di dekat kota nelayan Khoukha, pesisir Laut Merah, pada Maret.
Khoukha dan kota terdekat, Hodeidah, dikendalikan Houthi, yang menguasai Sanaa pada 2014 dan bergerak ke selatan menuju Kota Aden pada 2015, yang memaksa Hadi dan pemerintahannya lari ke pengasingan. Perang Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang, mengungsikan lebih dari tiga juta dan menghancurkan sebagian besar prasarana negara miskin tersebut.
Sekutu pimpinan Saudi dibentuk pada 2015 untuk melawan Houthi dan pasukan mantan presiden Ali Abdullah Saleh, yang telah menembakkan peluru kendali ke negara tetangganya, Arab Saudi. Pada Desember, sekutu itu mengakui, menggunakan "terbatas" bom tandan buatan Inggris, namun mengatakan sudah berhenti menggunakannya. Menurut program pangan dunia PBB, hampir separuh dari 22 provinsi Yaman berada di ambang kelaparan.