Rabu 21 Jun 2017 08:24 WIB

Kematian Mahasiswa AS Kejutkan Mantan Tahanan Korut Lain

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Mahasiswa asal Amerika Serikat, Otto Wambier, ketika hendak menjalani persidangan di Pyongyang, Korea Utara, 16 Maret 2016.
Foto: AP/Jon Chol Jin
Mahasiswa asal Amerika Serikat, Otto Wambier, ketika hendak menjalani persidangan di Pyongyang, Korea Utara, 16 Maret 2016.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Kematian Otto Warmbier, seorang mahasiswa AS yang ditahan selama 17 bulan oleh Korea Utara, membuat Jeffrey Fowle terguncang. Fowle (59 tahun) adalah satu dari 16 warga Amerika yang pernah dipenjara oleh negara tertutup itu dalam dua dekade terakhir.

Fowle yang saat itu juga berstatus sebagai mahasiswa, mengunjungi Korea Utara dalam acara karya wisata kelompok. Ia mengaku ditahan di bandara saat hendak melakukan perjalanan pulang ke AS.

Namun Fowle dilepaskan dalam kondisi kesehatan fisik yang relatif baik setelah ditahan selama enam bulan. Sementara Warmbier, yang meninggal dunia di rumah sakit Cincinnati pada Senin (19/6), telah dibebaskan dalam keadaan koma.

"Kematian Otto Warmbier merupakan tragedi mendadak bagi Amerika. Kita seharusnya tidak perlu banyak mendapat masalah di Korea Utara," ungkap Fowler dalam sebuah wawancara telepon.

Kedua pria itu melakukan pelanggaran yang akan dianggap sebagai pelanggaran kecil di sebagian besar negara di belahan dunia. Fowler meninggalkan sebuah Alkitab di sebuah klub malam di kota pesisir Chongjin dan Warmbier dihukum karena berusaha mencuri spanduk propaganda dari hotel Pyongyang.

Di mata Korea Utara, pelanggaran itu dipandang sebagai serangan terhadap negara. Warmbier dan Fowler dituduh telah melakukan kejahatan yang keji.

Fowler menghabiskan hampir sebulan ditahan di sebuah hotel khusus untuk orang asing dan kemudian dipindahkan ke rumah tahanan di Pyongyang. Ia mengingat kembali bagaimana penderitaan yang dirasakannya saat ia ditahan di dalam gubuk sempit tanpa jendela.

"Ketegangan emosional tinggi, terutama pada bagian awal penahanan saya ketika saya dipaksa mengaku bersalah. Tapi saya tidak pernah dianiaya secara fisik," kata Fowler.

Selain Fowler, Kristen Kenneth Bae juga membagi pengalamannya sebagai warga AS yang paling lama ditahan di Korea Utara. Ia mengatakan, dia harus menyekop batubara untuk dikumpulkan, dengan diawasi oleh sekitar 30 penjaga yang menjaga dia sebagai tahanan tunggal selama dua tahun di penahanan pada 2012. "Meskipun kita tidak tahu segalanya tentang kehidupan di Korea Utara, tapi hal yang pasti terjadi adalah orang-orang yang tidak bersalah seperti Otto akan menderita," ujar Bae.

Berita tentang kematian Warmbier juga mengingatkan George Hunziker akan adik laki-lakinya, Evan Hunziker, yang pernah dipenjara di Korea Utara setelah dikenai tuduhan memata-matai pada 1996. Evan, yang saat itu berusia 26 tahun, ditahan selama tiga bulan dan melakukan bunuh diri sebulan setelah kembali ke Amerika.

George Hunziker mengatakan saudaranya masih muda seperti Warmbier dan tidak menyadari konsekuensi dari tindakannya. Dia berenang dari Cina melintasi perbatasan Korea Utara dan ditangkap, sehingga kemudian dituduh memata-matai.

"Jika Anda di Amerika Anda bisa melakukan banyak hal tanpa ada konsekuensinya, tapi di Korea Utara Anda tidak memiliki hak istimewa yang sama. Saya berharap seseorang bisa melakukan sesuatu terhadap orang-orang gila di sana," tutur George.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement