Rabu 21 Jun 2017 12:33 WIB
Peringati Hari Pengungsi Se-Dunia

Jolie Serukan Bahaya Kekerasan Seksual di Daerah Konflik

Rep: Christiyaningsih/ Red: Agus Yulianto
Utusan khusus UNHCR Angelina Jolie (tengah) saat mengunjungi pengungsi (Ilustrasi)
Foto: REUTERS/Umit Bektas
Utusan khusus UNHCR Angelina Jolie (tengah) saat mengunjungi pengungsi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Angelina Jolie baru saja menyambangi penampungan pengungsi di Kenya, Selasa (20/6). Bertepatan dengan World Refugee Day, ia mendatangi ibukota Kenya, Nairobi. Di Nairobi, Jolie bertemu dengan 20 remaja perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual. 

Remaja-remaja malang tersebut selama ini tinggal di the Heshima Kenya Safe House. "Lebih dari separuh pengungsi di dunia terdiri atas perempuan dan anak-anak, bagaimana kita memperlakukan mereka adalah ukuran seberapa besar kemanusiaan kita sebagai sebuah negara," kata Jolie dilansir dari laman E! Online. 

Sebagaimana diketahui aktris 42 tahun itu merupakan duta PBB bagi lembaga yang menangani para pengungsi, United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) sejak 2001. Selama ini ia dikenal sebagai aktivis kemanusiaan yang sudah mengunjungi pengungsi di berbagai belahan dunia.

Ini adalah yang ketiga kalinya Jolie datang ke Kenya. Laporan UNHCR menyebut Kenya adalah rumah bagi 491 ribu pengungsi. Mereka rata-rata berasal dari Sudan, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Burundi, dan Rwanda. 

Jolie paling sering menemui remaja-remaja korban kekerasan seksual atau kekerasan yang berlatar belakang gender. Banyak di antara mereka kabur dalam keadaan hamil setelah mengalami kekerasan. 

"Dalam peringatan Hari Pengungsi Sedunia aku ingin orang-orang lebih memperhatikan para perempuan muda seperti mereka," ucap Jolie. Menurut bintang Mr & Mrs Smith ini, perempuan muda yang mengalami kekerasan seksual dan terpaksa mengungsi menghadapi masalah ganda. 

Pertama, mereka harus kehilangan keluarga dan kerabat. Di samping itu, para korban harus dihadapkan pada masa depan di mana orang masih memperlakukan korban kekerasan seksual secara intoleran dan diskriminatif. 

Pada 2012, Jolie membantu peluncuran Preventing Sexual Violence Initiative (PSVI). PSVI bertujuan mengakhiri kekerasan seksual di daerah konflik dan isu inilah yang selama ini kerap didengungkan oleh Jolie. Menurutnya pelaku kekerasan seksual di daerah perang justru kerap memperoleh kebebasan hukum (impunitas) sehingga para korban semakin tak berdaya. 

"Aku harap orang-orang di luar sana menyadari hal ini dan menggunakan pengaruhnya untuk menyadarkan pentingnya uluran tangan kepada mereka yang menjadi korban kekerasan seksual," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement