REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Lebih dari 5.000 warga sipil tewas akibat perang yang terjadi selama enam bulan pertama di tahun 2017. Itu merupakan angka yang didapatkan Syrian Network for Human Rights (SNHR) yang berbasis di London.
Dilansir dari Anadolu Agensi, Ahad (2/7), setidaknya 5.381 warga sipil menjadi korban perang sipil yang terjadi. Angka itu termasuk 1.059 anak-anak dan 742 wanita, yang terbunuh dari perang yang terjadi sejak awal tahun.
Perang sendiri melibatkan banyak elemen seperti pasukan rezim, ISIS, PKK, Rusia dan AS. Laporan turut menyarankan rezim Suriah dan pendukungnya bertanggung jawab atas kematian 2.072 warga sipil, termasuk 318 anak-anak dan 245 wanita.
Sekitar 857 warga sipil tewas dalam serangan yang dilakukan ISIS, dan 1.008 warga sipil lain tewas atas serangan koalisi internasonal dipimpin AS. 641 warga sipil tewas dari serangan pasukan Rusia, dan 522 tewas di tangan pihak-pihak tidak dikenal.
SNHR turut mencatat kalau setidaknya lima warga sipil disiksa sampai meninggal dan 153 lain, termasuk 31 anak-anak dan 25 perempuan, dibunuh oleh kelompok PKK atau PYD. Astana, ibu kota Kazakhstan, dipilih jadi tuan rumah perundingan kelima.
Pertemuan rencananya dihelat pada 4-5 Juli, dengan didului penandatanganan negara-negara penjamin seperti Rusia, Turki dan Iran pada 4 Mei lalu. Hal ini diharap dapat menyudahi perang sipil yang menurut PBB telah menelan lebih dari 500 ribu orang tewas dan puluhan juta mengungsi.