REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Twitter mengatakan tweet antimedia terbaru dari President Donald Trump tidak melanggar peraturannya. Twitter telah meninjau tweet tersebut dan mempertimbangkan dengan tiga faktor.
"Konteks politik dari percakapan yang berada di seputar tweet, berbagai cara yang bisa digunakan untuk menafsirkan, dan minimnya detail dalam tweet itu," kata Twitter, dilansir dari CNN, Senin (3/7).
Menurut peraturannya, Twitter dapat menangguhkan akun karena sejumlah alasan, termasuk kalau pengguna membuat ancaman kekerasan; menyerang orang berdasarkan ras, agama, jenis kelamin dan lainnya; atau, terlibat "dalam tindakan melecehkan orang lain".
Twitter telah berupaya menindak tindakan melecehkan selama bertahun tahun. Namun, kasus ini memiliki sejumlah dilema. Jika Twitter memblokir Trump tapi mengabaikan akun lain yang bertindak serupa maka platform media sosial ini akan dituduh bertindak secara politis.
Trump mengunggah serangkaian tweet yang melawan kebijakan pemberitaan CNN akhir pekan lalu. Trump membuat tagar #fakenews atau berita palsu untuk menunjukkan sikapnya terhadap perusahaan yang memproduksi berita di Amerika Serikat itu.
Puncaknya, dia menampilkan video WWE, program pertunjukkan gulat di Amerika Serikat pada Ahad (2/7). Dalam video yang telah diedit itu menunjukkan Trump memukuli seorang pria dengan logo CNN di wajahnya.
Tweet Trump telah menyebar dengan cepat di internet. Dalam enam jam, tweet itu telah di-retweet 185 ribu kali, disukai sekitar 300 ribu akun, dan mendapatkan 100 ribu komentar.
Pendukung Trump mendukung tindakan sang presiden. Namun, tidak banyak pulang yang mengkritiknya. Para pengkritik menilai Trump mempromosikan kekerasan. Pengacara dan Asisten Profesor di Universitas New Hampshire Seth Abramson meminta Twitter menangguhkan akun Presiden.
Peneliti Media Digital dari Institut Tekknologi Massachusetts Michael Hawley mengunggah salinan protes yang dia kirimkan ke rekannua di MIT yang juga bekerja di Twitter.
Dalam surat protesnya, Hawley berpendapat Trump merupakan "tipikal tukang bully di internet". Dia juga mengatakan Trump seharusnya dilarang menggunakan media sosial itu.
Tweet pada Ahad lalu merupakan contoh tebaru tindakan kontroversial Trump dalam menggunakan media sosial. Pekan lalu, Trump menyerang pembawa acara MSNBC Joe Scarborough dan Mika Brzezinski.
Dia menyebut Brzezinski 'gila' dan Scarborough sebagai 'psiko'. Trump juga mengklaim bahwa ia pernah menolak untuk bertemu dengan Brezezinski dengan alasan "dia berdarah parah setelah melakukan pengencangan wajah".
Trump juga telah membela strategi media sosialnya. Pekan lalu, dia menepis kritik bahwa dia tidak bertindak selayaknya seorang presiden di media sosial. Di akun twitter-nya, Trump menulis: "Penggunaan media sosial saya bukanlah Presidensial - ini adalah PRESIDEN MODERN. Jadikan Amerika Hebat Lagi!"