REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan disertai petir mengacaukan sejumlah jadwal penerbangan dari Beijing menuju kota-kota di wilayah China selatan, Senin (4/7). Sejak proses "check in" petugas di Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA) sudah memberikan isyarat bahwa penerbangan akan mengalami penundaan tanpa batas waktu yang ditentukan.
"Setelah melalui pos pemeriksaan, silahkan cek sendiri jadwal di layar monitor," kata seorang petugas "check in" maskapai China Southern Airlines kepada Antara yang hendak melakukan penerbangan menuju Guangzhou.
Bahkan di kolom lembar pas penumpang juga tidak tertulis nomor pintu keberangkatan.
Begitu juga saat memasukkan nomor penerbangan dengan tujuan di atas di layar monitor tidak ada penjelasan sama sekali kecuali hanya tulisan berbahasa mandarin "guonei" yang berarti penerbangan domestik.
Padahal biasanya setelah memasukkan nomor penerbangan, layar monitor akan menampilka penjelasan mengenai waktu dan pintu keberangkatan di bandara tersibuk kedua di dunia tersebut.
Pesawat dengan nomor penerbangan CZ-3112 tujuan Ibu Kota Provinsi Guangdong yang seharusnya berangkat pukul 11.30 itu baru bertolak pukul 19.30 waktu setempat (18.30 WIB).
Penundaan selama delapan jam itu bukan hanya berlaku bagi pesawat tujuan Guangzhou. Beberapa jadwal penerbangan menuju kota-kota di selatan, seperti Shenzhen, Chengdu, dan Kunming juga mengalami hal serupa.
Pesawat dengan nomor penerbangan CZ-3192 tujuan Shenzhen yang seharusnya pukul 10.00 sudah bertolak dari Beijing terpaksa baru pukul 17.00 tinggal landas.
Di ruang tunggu bandara terjadi penumpukan calon penumpang. Bahkan, tidak jarang mereka memaki-maki petugas yang tidak bisa memberikan kepastian waktu keberangkatan.
"Mohon maaf atas keterlambatan ini. Kami mohon Anda bersabar menunggu pemberitahuan lebih lanjut," kata seorang petugas perempuan di meja pintu keberangkatan nomor 45 BCIA.
Sementara beberapa petugas yang lain sibuk menulis jadwal penundaan beberapa pesawat di papan pengumuman.
Penumpang gebrak meja
Meskipun diberikan kompensasi dua kali makan selama menunggu keberangkatan, sejumlah penumpang masih saja berteriak-teriak mengungkapkan kekecewaannya.
Bahkan seorang penumpang yang hendak bepergian ke Guangzhou bersama tiga anggota keluarganya sampai menggebrak meja.
Seorang penumpang asal Indonesia juga tidak bisa menutupi kekecewaannya, namun tetap pasrah.
"Kalau alasannya faktor cuaca, mau bagaimana lagi," gerutu Akpao, pengusaha asal Indonesia yang terpaksa gagal bertemu koleganya di Guangzhou karena penundaan tersebut.
Penundaan tidak terjadi pada Senin saja. Beberapa pesawat juga mengalami hal yang sama pada Minggu (2/7).
"Saya kemarin seharusnya pukul 13.00 dari Beijing, tapi baru berangkat pukul 19.00," kata Huang Xiao Fang, saat ditemui di Bandara Baiyun, Guangzhou, Senin malam.
Saat dia dan beberapa temannya tiba di kota terbesar ketiga di China itu disambut hujan.
Hujan masih mengguyur Kota Guangzhou sejak Senin pagi hingga pesawat CZ-3112 mendarat pada pukul 22.15. gakibatkan banjir dan tanah longsor di wilayah China selatan.
Bahkan di Ningxiang, Provinsi Hunan, tanah longsor mengakibatkan tiga orang tewas dan belasan orang mengalami luka-luka, Sabtu (30/6).
Pemerintah China telah menetapkan status siaga banjir dan tanah longsor dengan mengerahkan kekuatan penuh