Rabu 05 Jul 2017 19:09 WIB

Seorang Pria Rohingya Tewas Dianiaya di Rakhine

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Militer Myanmar di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.
Foto: AP Photo
Militer Myanmar di negara bagian Rakhine yang merupakan wilayah Muslim Rohingya tinggal.

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Seorang Muslim Rohingya tewas dan enam lainnya setelah dilempari batu oleh sekelompok warga Myanmar di Negara Bagian Rakhine. Ketegangan antaragama membuat konflik rawan terjadi di Rakhine.

Sekelompok warga Buddha Rakhine melempari tujuh warga Rohingya dengan batu di Kota Sittwe. Satu orang dilaporkan tewas dan enam lainnya terluka, demikian dilansir Daily Mail, Rabu (5/7). Enam pria Rohingya itu diberi izin meninggalkan kamp pengungsian untuk memberi kesaksian di Pengadilan Sittwe. Selepas itu, mereka dikawal polisi untuk olah tempat kejadian perkara.

Lokasi kejadian berada di dekat pelabuhan kapal dimana mereka tengah tawar menawar pembelian kapal dengan pengusaha lokal. Saat itulah serangan terjadi. Pria-pria Rohingya itu dilempari bata.

Konflik terbesar terjadi pada 2012 lalu yang mengakibatkan ratusan warga Rohingya tewas dan lebih dari 100 ribu orang mengungsi. Para pengungsi itu bahkan belum bisa kembali ke rumah mereka sampai saat ini karena tekanan yang dilancarkan kepada mereka. Ketegangan komunitas Buddha dan Muslim Rohingya kembali meninggi pada Oktober 2016 lalu. Hal itu diperparah keterlibatan militer.

Myanmar telah lama menuai kecaman internasional atas perlakuan terhadap warga Rohingya, salah satu kelompok yang paling ditekan di dunia. Warga Rohingya terjebak di kamp-kamp pengungsian dan harus berjuang mendapat makanan, edukasi, pendidikan. Kondisi mereka bahkan disebut bentuk lain apartheid.

Warga Rohingya dianggap imigran dari Bangladesh melihat garis leluhur mereka. Nasionalis Buddha garis keras secara agresif memprotes segala bentuk pemberian kewarga negaraan bagi warga Rohingnya.

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi sendiri mendapat tekanan komunitas global karena dinilai tidak menunjukkan sikap yang jelas terhadap warga Rohingya. Peraih nobel perdamaian itu bahkan menolak intervensi PBB atas persoalan Rohingya. Meski begitu, pemerintahan Suu Kyi telah membentuk tim yang dikepalai mantan Sekjen PBB Kofi Annan untuk menginvestigasi ketegangan sektarian ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement