REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi kemanusiaan medis internasional, Dokter Lintas Bantas (MSF) melaporkan sebagian besar populasi di Mosul, Irak mengalami trauma. Sejak terjadinya pertempuran di kota itu, banyak warga sipil yang merasa begitu cemas dan ketakutan hampir setiap saat.
MSF mengatakan, salah satu penyebab utama trauma warga sipil adalah mereka harus terjebak di antara konflik. Banyak di antaranya yang bersembunyi dari bahaya pertempuran di sejumlah bangunan. Tak sedikit yang memanfaatkan tempat-tempat yang sudah hancur untuk berlindung.
"Sungguh tingkat penderitaan manusia yang sangat besar terjadi di Mosul. Kami juga mengkhawatirkan bahwa hanya sebagian kecil warga sipil yang menjadi korban telah mendapatkan penanganan medis," ujar koordinator darurat MSF di Mosul Barat, Rabu (5/7).
Sejak Oktober 2016 lalu, serangan ofensif untuk memukul mundur Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dari Mosul dilakukan oleh pasukan Pemerintah Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi, dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS). Kelompok militan itu saat ini sudah kehilangan sebagian besar wilayah kekuasaan mereka di kota tersebut.
Meski demikian, sebelumnya, PBB meyakini setidaknya ada 400 ribu orang yang masih terjebak dalam pertempuran Mosul. Mereka seluruhnya dikhawatirkan dapat menjadi tawanan ISIS yang juga menjadikan para warga sipil sebagai perisai manusia untuk menghadapi perlawanan pasukan pemerintah.
Sementara itu, PBB juga melaporkan pertempuran di Mosul telah membuat sebanyak lebih dari 8000 warga sipil tewas maupun terluka. Jumlah tersebut didapat berdasarkan catatan dari mereka yang berhasil mendapat penanganan medis.