REPUBLIKA.CO.ID,HAMBURG -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu secara langsung untuk pertama kalinya pada hari Jumat di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman.
Trump mengatakan, dia ingin menemukan cara untuk bekerja dengan Putin, sebuah gol yang dibuat lebih sulit dilakukan akibat perbedaan tajam mengenai tindakan Rusia di Suriah dan Ukraina. Selain itu juga ada tuduhan Moskwa terlibat dalam pemilihan Presiden AS pada pemilu 2016.
Seorang mantan mata-mata mengatakan, dalam pertemuan kedua pemimpin negara besar tersebut setiap ekspresi wajah dan isyarat fisik akan dianalisis, sama seperti kata-kata yang kedua pemimpin katakan saat dunia mencoba membaca seberapa baik Trump, tokoh real estat dan mantan bintang televisi realitas berinteraksi dengan Putin.
Ketakutannya adalah Trump, Presiden dari Partai Republik, seorang pemula politik yang timnya masih mengembangkan kebijakan Rusia akan kurang siap dari pada Putin. Apalagi sepak terjang Putin yang telah menangani dua presiden AS terakhir dan sejumlah pemimpin dunia lainnya.
"Tidak ada apa-apa, Kremlin ingin melihat lebih dari seorang presiden (AS) yang akan menghadapi cengkeraman dan seringai dan berjalan pergi dengan mengatakan bahwa dia mengadakan pertemuan hebat dengan para otokrat Kremlin," kata anggota DPR dari Partai Demokrat Adam Schiff, Jumat, (7/7) dikutip Reuters.
Seiring penyelidikan di dalam negeri berlanjut apakah ada kolusi antara kampanye kepresidenan Trump dan Rusia, Presiden AS mendapat tekanan untuk mengambil garis keras melawan Kremlin
Moskow membantah melakukan ikut campur dan mengganggu pemilu AS. Trump mengatakan, kampanyenya tidak berkolusi dengan Rusia.