REPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG -- Pada KTT Kelompok 20 (G-20) Delegasi kerajaan Arab Saudi yang dipimpin oleh Ibrahim Al-Assaf menegaskan kembali pendiriannya untuk terus melawan terorisme. Dia menyatakan, bahwa seluruh teroris yang berbuat jahat di seluruh dunia tidak memiliki agama.
Al-Assaf menegaskan, pihak kerajaan akan terus berupaya dan bertanggung jawab untuk memberantas terorisme dan ekstemisme. "Namun untuk memerangi dan mencegah pertumbuhan teroris perlu ada sumber dan sarananya," kata dia dilansir dari Arab News, Ahad (9/7).
Kebutuhan tersebut, kata dia, termasuk untuk bekerja sama dengan semua pihak dan aspek. Misalnya, memerangi propaganda dan perekrutan teroris di media sosial, internet dan lainnya.
Selain itu yang tak kalah penting, terang Al-Assaf, yakni harus adanya pelatihan dan penciptaan lapangan kerja yang merata. Hal tersebut dinilai mampu mencegah orang muda terpengaruh paham radikal atau ekstirimis. "Sayangnya, Arab Saudi telah menjadi sasaran organisasi teroris dan negara-negara yang mendukung terorisme selama lebih dari 20 tahun telah terancam oleh terorisme langsung, tidak langsung dan multi sumber," jelas Al-Assaf.
Dia mengatakan, Arab Saudi secara aktif terlibat dalam perang koalisi internasional melawan Daesh. Al-Assaf menambahkan, hal tersebut terjadi karena Kerajaan telah membentuk Aliansi Islam untuk Memerangi Terorisme (IACT).
Hingga kini, kata dia, Kerajaan telah bekerja dalam kemitraan dengan Departemen Keuangan AS, berbagi informasi mengenai negara-negara dan organisasi, dalam usaha untuk memerangi kelompok-kelompok ekstremis.
Menurut dia, untuk mempromosikan nilai-nilai moderasi dan melawan ideologi ekstremis, Kerajaan Arab Saudi telah meluncurkan Pusat Pertarungan Melawan Pemikiran Ekstremis Global dengan partisipasi Presiden AS Donald Trump dan para pemimpin negara-negara yang berpartisipasi dalam pemilihan Arab-Amerika- Islamic Summit yang baru-baru ini diadakan di Riyadh.