REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Climate Action Network (CAN) yang merupakan gabungan lebih dari 1.200 NGO dunia meminta 19 negara anggota G20 yang berkomitmen mengendalikan perubahan iklim mengkonkretkan Paris Agreement.
Pimpinan WWF Global bidang Iklim dan Energi Manuel Pulgar-Vidal dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan kendati ada tekanan dari Amerika Serikat (AS), pimpinan negara anggota G20 yang mengikuti KTT G20 di Hamburg, Jerman, menunjukkan keseriusan mereka untuk menciptakan transisi setara untuk mendekarbonisasi dunia dengan tetap berpegang pada Paris Agreement.
Menurut dia, Rencana Aksi Iklim dan Energi untuk Pertumbuhan yang disampaikan 19 negara anggota G20 di Hamburg sejauh ini merupakan rencana kerja yang paling rinci. Dan saat ini memang waktu untuk mengambil tindakan konkret di antara negara-negara anggota, membangun usaha bersama dengan swasta, kota-kota dan masyarakat sipil yang diperkuat melalui kepemimpinan pemerintahan yang benar.
Semua negara, ia mengatakan sudah mengetahui bahwa langkah aksi yang dilakukan tersebut untuk melindungi kesehatan masyarakat, perlindungan bagi ekosistem, promosi untuk ekonomi yang lebih baik dan stabilitas global.
Direktur Climate Action Network (CAN) Europe Wendel Trio mengatakan adopsi Rencana Aksi Iklim dan Energi untuk Pertumbuhan merupakan indikasi jelas bahwa pemimpin negara ekonomi besar sadar bahwa aksi sangat mendesak diperlukan untuk memastikan transisi ke nol emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terjadi.
"Langkah selanjutnya jelas untuk bergerak dari komitmen menuju aksi, dengan menaikkan level kesepakatan di Paris menjadi ambisius, meniadakan subsidi bahan bakar fosil pada 2020 dan memberikan dukungan kepada mereka yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim," katanya.
Sementara itu, Greenpeace International mengeluarkan pernyataan bahwa langkah 19 negara anggota G20 yang membela Paris Agreement dari keputusan mundur Presiden AS Donald Trump tidak cukup. Mereka perlu berkomitmen mengakselerasi transformasi meninggalkan batu bara, minyak dan gas.
Jika Paris merupakan titik mula maka Hamburg harus menyemai benih target penurunan emisi GRK yang lebih ambisius. Jutaan orang yang menderita dari dampak perubahan iklim menginginkan aksi mendesak untuk mengakhiri era batu bara, minyak dan gas. Untuk itu 19 negara anggota G20 harus mengakselerasi transisi penggunaan energi kotor ke energi bersih.