REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson tiba di Kuwait dalam kunjungan empat hari ke Kuwait, Qatar dan Arab Saudi untuk membantu mencari penyelesaian krisis Teluk. Tillerson akan terlebih dahulu bertemu dengan pejabat senior Kuwait untuk membahas upaya yang sedang berlangsung untuk menyelesaikan sengketa Teluk pada Senin malam sebelum menuju ke Qatar dan Arab Saudi.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan dengan Qatar pada 5 Juni dan memberlakukan blokade darat, udara dan laut di negara tersebut. Kuartet tersebut menuduh Qatar mendanai terorisme, sebuah tuduhan yang ditolak Qatar dan dinilai tak berdasar.
Pada 22 Juni, mereka mengeluarkan 13 butir daftar tuntutan, termasuk penutupan media Aljazirah, sebagai syarat untuk mencabut sanksi tersebut.
Doha menolak tuntutan dan negara-negara tersebut menganggap daftar tersebut batal demi hukum. Namun Kuwait masih berusaha menengahi perselisihan tersebut.
AS mendukung upaya mediasi Kuwait, namun perjalanan Tillerson menandai tingkat keterlibatan AS di level yang lebih dalam.
Seperti dilansir Aljazirah, Selasa, (11/7), AS telah mendukung upaya mediasi Kuwait, namun perjalanan Tillerson akan menandai tingkat keterlibatan AS yang baru.
"Kementerian Luar Negeri memperingatkan krisis Teluk berpotensi terjadi selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan bahkan mungkin makin dalam. Kami semakin khawatir bahwa perselisihan tersebut mengalami kebuntuan. Kami yakin konflik ini berpotensi bertahan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan mungkin akan meningkat," kata Juru Bicara Kemenlu AS Heather Nauert.
Dia tidak menyebutkan jenis eskalasi apa yang Amerika takutkan. Tapi dia mengatakan, Tillerson telah berhubungan dekat dengan negara-negara yang terlibat.