Rabu 12 Jul 2017 08:00 WIB

ISIS Kalah di Mosul, Pasukan AS Tetap Tinggal di Irak

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak
Foto: WASHINGTON TIMES
Tentara AS berpatroli di Kota Mosul, Irak

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah kekalahan ISIS di Kota Mosul, tentara Amerika Serikat (AS) tidak akan segera pulang ke rumah dalam waktu dekat. Komandan tertinggi pasukan AS di Irak mengatakan, beberapa tentaranya kemungkinan akan tetap tinggal di Irak agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

"Saya pikir kita semua dapat melihat kembali ke akhir 2011, ketika pasukan AS dan koalisi meninggalkan Irak untuk yang terakhir kalinya dan melihat apa yang terjadi selama tiga tahun. Saya rasa kita tidak mau mengulangi kesalahan lagi," kata Letnan Jenderal Stephen Townsend kepada wartawan Pentagon sebagaimana dilansir dari Washington Examiner, Rabu (12/7).

Ia menegaskan, tidak akan ada penarikan pasukan AS dari Irak dalam waktu dekat ini. ISIS memang telah dikalahkan di Mosul, tapi mereka masih ada di wilayah lain Irak. Menurutnya, pertarungan melawan ISIS masih jauh dari selesai.

"Jadi saya tidak berharap melihat ada perubahan pada pasukan kita dalam waktu dekat karena masih ada kerja keras yang harus dilakukan oleh rakyat Irak dan koalisi," ujarnya.

Menurutnya, ISIS masih menguasai sebagian besar provinsi Ninawa. ISIS juga ada di pusat populasi Tal Afar dan di Hawija, Provinsi Kirkuk sebelah utara Baghdad. Juga ada di wilayah barat Provinsi Anbar. Meski ISIS benar-benar telah dimusnahkan, menurutnya, pemerintah Irak beranggapan mereka membutuhkan beberapa pasukan AS tetap tinggal di Irak.

"Saya akan mengantisipasi, jadi akan tetap ada kehadiran (pasukan) koalisi di sini setelah kekalahan ISIS," jelasnya.

Letnan Jenderal Townsend juga menyampaikan, saat ini ada sekitar 5.000 tentara AS di Irak. Dia mengaku akan memberikan saran kepada atasannya mengenai jumlah pasukan yang akan direkomendasikan. Untuk sementara, dia tidak mau menyampaikannya kepada publik mengenai jumlah pasukan yang akan direkomendasikan.

Ia juga mengatakan, kunci untuk mengantisipasi ISIS atau kelompok ekstremis lainnya bangkit kembali di Irak bukanlah tentara asing. Kuncinya adalah rekonsiliasi politik dalam negeri. "Orang-orang Irak harus memastikan setelah ISIS dikalahkan, semua orang Irak harus memandang pemerintah di Baghdad adalah pemerintahan mereka," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement