REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Kanada di Jakarta merayakan hari jadi ke-150 negara berlambang daun mapel tersebut yang mengusung tema rekonsiliasi dengan penduduk asli yakni suku Inuit, Metis, First Nations, dan Aborigin.
"Kami percaya bahwa hubungan dengan penduduk asli adalah hubungan yang paling penting yang selama ini dimiliki pemerintah Kanada," kata Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste Peter MacArthur di sela-sela perayaan 150 Tahun Konfederasi Kanada di Jakarta, Rabu (12/7) malam.
Upaya membangun rekonsiliasi dengan penduduk asli Kanada, menurut Peter, terus dilakukan pemerintah dengan memastikan investasi yang lebih baik bagi masyarakat Aborigin di bidang kesehatan dan pendidikan, serta memperbaiki posisi mereka di negara yang pernah dijajah oleh Inggris dan Prancis tersebut.
Dalam video sambutan yang diputar saat perayaan berlangsung, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menjelaskan bahwa keberagaman dan toleransi telah menjadi inti dan pondasi negara yang berdiri pada 1 Juli 1867.
Namun dirinya tidak menyangkal bahwa saat puluhan juta warga Kanada merayakan 150 tahun kemerdekaan negara tersebut, penduduk asli yang mengalami diskriminasi ras dan penindasan selama berabad-abad, masih belum dapat merasakan suka cita serupa. "Sebagai masyarakat kita harus bisa mengakui dan meminta maaf atas kesalahan masa lalu," tutur Trudeau.
Rekonsiliasi dengan penduduk asli Kanada disebut Trudeau akan menjadi jalan yang panjang, namun Kanada telah mulai membuka jalan untuk memastikan masa depan cerah bagi semua warganya.
Trudeau yang mulai menjabat pada 2015 berjanji untuk memperbaiki hubungan pemerintah dengan 1,4 juta penduduk Aborigin atau sekitar empat persen dari total populasi Kanada. Namun, seperti dikutip dari Reuters, dua tahun sejak pemerintahannya banyak pihak menilai Perdana Menteri tersebut tidak berbuat cukup banyak untuk membantu masyarakat miskin.