REPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG -- Wali Kota Hamburg Olaf Scholz meminta maaf kepada penduduk kotanya pada Rabu atas kekerasan saat pertemuan puncak pemimpin dunia anggota kelompok G20 pada pekan lalu.
Sekitar 20.000 polisi berusaha membendung ratusan pegaris keras menentang kapitalis, yang membakar sejumlah mobil, menjarah beberapa toko dan melemparkan bom molotov serta batu saat pertemuan puncak acara pada 7-8 Juli tersebut.
Puluhan ribu lebih orang lain berunjuk rasa secara damai. Scholz, anggota utama Partai Sosial Demokrat, yang dinilai sebagai sosok pemimpin partai pada masa depan, sebelum kekerasan itu mengatakan tidak dapat memastikan keamanan di setiap tempat di kota itu setiap saat selama pertemuan tersebut berlangsung.
"Untuk segala sesuatu yang terjadi, saya memohon maaf kepada warga di Hamburg," tambahnya.
Lingkungan padat kota Hamburg, memungkinkan 1.000 orang militan kiri-garis keras, yang telah membuat malapetaka di jalanan kota tersebut, menyebar dan bersembunyi dengan mudah.
Scholz, yang tengah menghadapi seruan pengunduran dirinya dari anggota partai konservatif di Hamburg, menyalahkan kekerasan tersebut kepada gerombolan kejahatan yang menurut dia menginginkan korban jatuh. "Saya senang tidak ada korban meninggal dalam kerusuhan itu," katanya.
Secara keseluruhan, 476 petugas polisi menderita luka, mulai dari luka bakar hingga menderita kerusakan mata akibat terkena sinar laser.
Kepolisian mengatakan pada Ahad pekan lalu mereka menangkap 186 orang, yang dianggap bertanggung jawab dan mengamankan 225 lagi.