REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Pasukan militer Suriah mengumumkan pertempuran di beberapa bagian wilayah Ghouta Timur saat ini telah dihentikan. Di sana sebelumnya menjadi wilayah yang dikuasai oleh kelompok oposisi negara itu.
Dilansir dari BBC pada Ahad (23/7), Langkah tersebut dilakukan setelah Rusia sebagai sekutu utama Pemerintah Suriah mencapai kesepakatan dengan oposisi dalam upaya meredakan konflik. Ghouta Timur menjadi satu dari empat zona de-eskalasi yang diusulkan dalam kesepakatan yang disetujui pada Mei lalu.
Dalam perundingan yang digelar di Ibu Kota Astana, Kazakhstan, kesepakatan untuk membentuk zona de-eskalasi tercapai. Langkah ini juga disetujui oleh pihak yang terlibat, yaitu Iran sebagai pendukung Pemerintah Suriah serta Turki di pihak oposisi.
Dalam sebuah pernyataan, tentara Suriah mengatakan meghentikan pertempuran apapun di Ghouta Timur mulai pada Sabtu (22/7) pada tengah hari waktu setempat. Namun, segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oposisi akan ditindak dengan tegas, sesuai jenis tindakan.
Konflik Suriah dimulai pertama kalinya pada 2011 lalu. Pada mulanya, terjadi pemberontakanyang digelar oleh pihak-pihak yang menentang kekuasaan pemerintah di negara itu yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad.
Namun, hal itu berkembang menjadi kekerasan hingga membagi salah satu kota terbesar Suriah, Aleppo menjadi dua wilayah barat dan timur. Sebanyak lebih dari 300 ribu orang tewas dalam konflik yang terjadi selama enam tahun itu.