REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel memutuskan pada Selasa (25/7) untuk membongkar pelacak logam yang terpasang di pintu masuk kawasan tempat suci, di Kota Tua Yerusalem, dan menggantinya dengan alat pengawas pintar, sebuah pernyataan dari kabinet mengatakan.
Dilansir Reuters, Israel memasang pelacak logam pada titik masuk kawasan masjid al-Aqsa, di Yerusalem, setelah dua petugas polisi Israel ditembak hingga tewas oleh tiga pelaku bersenjata keturunan Arab-Israel pada 14 Juli. Pemasangan alat tersebut memicu terjadinya bentrokan terburuk antara Israel dan Palestina dalam beberapa tahun belakangan ini.
Peningkatan ketegangan dan kematian tiga warga Israel serta empat warga Palestina dalam kekerasan pada Jumat (21/7) dan Sabtu (22/7) itu memicu kekhawatiran dunia, dan mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan guna mencari jalan keluar atas situasi di Yerusalem.
Kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk membongkar pelacak logam itu, setelah mengadakan pertemuan yang berlangsung selama beberapa jam, dalam sidang yang digelar untuk kedua kalinya pada Senin (24/7), setelah sidang pertama yang diadakan pada hari sebelumnya terhenti.
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah forum para menteri senior menyimpulkan hasil pertemuannya, dengan mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk bertindak atas rekomendasi dari badan keamanan dan mengganti pelacak logam dengan alat pengawas pintar.
Para saksi mata di Kota Tua, melihat para pekerja tengah memasang tiang logam di beberapa jalan, untuk memasang kamera TV sirkuit tertutup (CCTV). Media Israel mengatakan bahwa pemerintah berencana untuk berinvestasi pada sistem kamera yang canggih.
Pernyataan kabinet tersebut menambahkan bahwa pihaknya telah menyediakan dana sebesar 100 juta shekel (sekitar 28 juta dolar AS) untuk persediaan peralatan dan mengerahkan petugas polisi tambahan.
Keputusan pada Selasa (25/7) untuk mengganti pelacak logam tersebut datang setelah Netanyahu sebelumnya tidak menyerah pada tekanan Palestina, dengan mengatakan pada Minggu bahwa perangkat tersebut akan tetap terpasang.
Namun disaat meningkatnya kekerasan di daerah Yerusalem, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memerintahkan penghentian semua hubungan resmi dengan Israel, dan kritik internasional terus datang menekan Israel.
Netanyahu kemudian terdesak, menyusul insiden penembakan mematikan di kedutaan Israel, di Yordania pada Minggu, ketika seorang petugas keamanan Israel menyerang dan menembak mati dua warga Yordania.
Yordania adalah penjaga tempat suci umat Islam di Yerusalem, yang pengikut Yahudi anggap sebagai sisa dari dua kuil kuno mereka. Tempat suci itu berada di daerah Yerusalem Timur, sebuah wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 dan dianeksasi sebagai ibukotanya, dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh internasional.