Selasa 25 Jul 2017 15:49 WIB

Putin: Jika Rusia Retas Pilpres AS, Maka tak akan Terdeteksi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump saat KTT G20 di Hamburg, 7 Juli 2017.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump saat KTT G20 di Hamburg, 7 Juli 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump, jika peretas Rusia telah menyusup ke Partai Demokrat, mereka akan terlalu terampil dan lihai untuk terdeteksi.

Hal tersebut disampaikan Putin ketika keduanya bertemu dalam sesi khusus padaKTT G-20 di Hamburg, Jerman, beberapa waktu lalu.

"Operator siber di Moskow dinilai sangat ahli dalam operasi jaringan komputer rahasia yang jika mereka meleburkan ke dalam sistem Komite Nasional Demokrat, mereka tidak akan tertangkap," kata Putin kepada Trump kala itu, seperti dilaporkan laman The Independent, Selasa (25/7).

Dalam KTT G20, Trump dan Putin memang terlibat diskusi intensif dan cukup privat. Keduanya bahkan tidak didampingi menteri luar negeri masing-masing, yakni Rex Tillerson dan Sergey Lavrov. Hanya dua orang penerjemah yang menemani mereka.

Sejak pertemuan itu, Trump telah berbagi klaim tentang kemampuan peretas Rusia dengan timnya yang juga penasihat senior untuk presiden AS, Anthony Scaramucci.

"Anda tahu, seseorang telah mengatakan kepada saya kemarin, saya tidak akan memberitahu siapa dia, bahwa bila orang-orang Rusia benar-benar meretas situasi ini dan menumpahkan email itu, Anda tidak akan pernah melihatnya. Anda tidak akan pernah memiliki bukti tentang mereka, yang berarti mereka sangat percaya diri dalam keterampilan penipuan danperetasannya," ujar Scaramucci.

Ketika ditanya tentang siapa orang yang memberitahunya hal itu? Scaramucci mengindikasikan bahwa dia adalah Trump.

Beberapa badan intelijen AS menyimpulkan dalam sebuah laporan bahwa peretas yang didukung Rusia telah membidik surel kampanye milik Komite Nasional Demokrat dan Hillary Clinton dalam upaya untuk membantu Trump terpilih pada pilpres tahun lalu. Trump sendiri telah berulang kali menolak tudingan tersebut.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement