REPUBLIKA.CO.ID, Konsentrasi sperma pria Barat telah mengalami penurunan sekitar 50 persen dalam 40 tahun terakhir. Demikian diungkapkan dalam laporan penelitian yang dilakukan peneliti Israel yang mengakaji ratusan studi mengenai kualitas sperma antara tahun 1973 sampai tahun 2011.
Secara keseluruhan mereka meneliti 43 ribu pria Barat. "Penemuan ini dengan kuat menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam kesehatan reproduksi pria, yang memiliki dampak serius terhadap kesuburan mereka," kata penelitian tersebut.
Para peneliti menemukan semakin banyak pria yang memiliki kandungan sperma yang berada di bawah ambang kesuburan. "Terdapat proporsi tinggi di mana para pria dari negara-negara Barat memiliki konsentrasi sperma di bawah 40 juta per mili. Ini hal yang mengkhawatirkan, bahwa konsentrasi sperma di bawah angka tersebut bertalian dengan kemampuan menghamili," lanjut laporan.
Professor Rob McLachlan dari Pusat Penelitian Medis Hudson Institute di Melbourne mengatakan masih terlalu pagi untuk mengetahui apakah penurunan kualitas sperma ini akan mempengaruhi tingkat kehamilan secara alami.
"Analisa terbaru ini menciptakan tantangan bagaimana mengidentifikasi dan mengatasi dampak negatif yang mempengaruhi kesuburan pria seperti gaya hidup, kegemukan, dan berbagai faktor lain yang bersama-sama, yang meningkat di negara-negara maju pada khususnya."
"Dan juga pengaruh racun dari lingkungan yang sudah memiliki bukti di beberapa populasi tertentu," katanya.
Professor McLachlan, yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan mereka yang diuji juga termasuk yang tidak perduli dengan tingkat kesuburan, dan juga mereka yang sudah memilik anak. Dia mengatakan penurunan konsentrasi sperma tersebut terjadi dalam kedua kelompok pria ini.
Ahli masalah racun dalam mempengaruhi reproduksi Dr Shaun Roman dari University of Newcastle di New South Wales (NSW) mengatakan peran pola makan dan lingkungan harus mendapat perhatian serius untuk dikaji.
"Namun harus juga catatan hanya diperlukan satu sperma untuk membuahi satu telur, dan rata-rata pria barat masih memproduksi 50 juta telur tiap kali ejalukasi," katanya. "Kita belum lagi mengalami krisis."
Para peneliti dari Israel ini menyarankan bahwa penelitian di masa depan harus difokuskan pada mencari faktor gaya hidup yang mana yang mempengaruhi penurunan konsentrasi sperma. "Penelitian mengenai sebab dan dampak dari penurunan ini perlu segera dilakukan," kata mereka.
Tidak ada penurunan kualitas sperma di kalangan pria di Amerika Selatan, Asia dan Afrika namun para peneliti mengatakan terbatasnya jumlah penelitian dari negara-negara tersebut mungkin menjadi sebabnya.
Laporan penelitian ini dimuat di Human Reproduction Update Journal.
Diterjemahkan pukul 15:00 AEST 26/7/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.