Sabtu 29 Jul 2017 16:16 WIB

Trump akan Setujui Sanksi untuk Rusia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menandatangani rancangan undang-undang (RUU) yang mengatur tentang penerapan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi ini dinilai akan semakin menyekat hubungan antara AS dan Rusia.

RUU tersebut, yang juga mencakup sanksi untuk Iran dan Korea Utara akibat program rudal nuklirnya, disahkan oleh mayoritas anggota parlemen dan senat AS pada Ahad (23/7).

Namun hal tersebut sempat mendapat penentangan dari pemerintahan Trump. Gedung Putih keberatan dengan ketentuan yang menghalangi dia untuk mencabut atau menangguhkan sanksi tanpa persetujuan kongres.

Kendati demikian, sekretaris pers Gedung Putih Sarah Huckabee mengungkapkan telah membaca draf awal RUU dan menegosiasikan unsur-unsur penting yang termaktub di dalamnya.

"Dia (Trump) sekarang telah meninjau versi final dan berdasarkan responsnya terhadap negosiasi, menyetujui RUU tersebut dan bermaksud untuk menandatanganinya," ujar Sarah seperti dilaporkan laman the Guardian, Sabtu (29/7).

Bagian dalam RUU tersebut telah memicu reaksi keras dari Rusia, bahkan sebelum Trump menunjukkan dukungannya. Pemerintah Rusia telah memerintahkan agar AS mengurangi jumlah diplomatnya di Moskow menjadi hanya 455 orang saja. Artinya, 600 pegawai kedutaan AS di Rusia terancam diusir.

Hal tersebut dilakukan sebab Rusia menilai sanksi AS terhadap negaranya merupakan hal konyol dan sebuah penghinaan. "Tak mungkin untuk tanpa henti mentolerir penghinaan semacam ini terhadap negara kita" ujar Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (27/7).

"Praktik (sanksi) ini tidak dapat diterima. Ini menghancurkan hubungan internasional dan hukum internasional," kata Putin menambahkan.

Sanski terbaru dijatuhkan kepada Rusia karena diduga telah mengintervensi proses pilpres AS tahun lalu. Salah satunya yakni dengan membocorkan surel pribadi milik Hillary Clinton, yang menjadi pesaing Trump pada pilpres lalu. Peristiwa ini memunculkan dugaan bahwa Trump menjalin kerja sama dengan Rusia untuk memenangkan pilpres.

Baca juga, Trump Ringankan Sanksi Terhadap Rusia.

Trump telah berulang kali menyatakaningin memperbaiki hubungan diplomatik antara AS dengan Rusia. Namun hal tersebut mendapat penentangan dari anggota kongres dan senat.

Sanksi terhadap Rusia telah ditentang oleh Prancis, Jerman, dan Uni Eropa. Menurut mereka sanksi tersebut akan memengaruhi bisnis Eropa di sana, termasuk jaringan pipa gas yang menghubungkan Rusia dan Jerman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement