Senin 31 Jul 2017 10:35 WIB

Media Australia: 16 Masjid Indonesia Pendukung Gerakan ISIS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Gerakan ISIS
Foto: Youtube
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Media Australia ABC melaporkan, puluhan masjid di seluruh Indonesia berada di bawah pengawasan karena dituduh mendukung kelompok teroris ISIS.  Sebanyak 41 masjid di 16 provinsi diduga menyebarkan ideologi radikal dan merekrut militan untuk pergi ke Suriah.

Dari jumlah tersebut, 16 mesjid di tujuh provinsi telah dikonfirmasi secara resmi sebagai pendukung kelompok ISIS oleh tim peneliti yang secara diam-diam menyusup ke sana.

ABC News melakukan wawancara eksklusif dengan kepala tim peneliti dan Direktur Eksekutif Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi Adhe Bhakti.

Adhe menyebut, pondok pesantren dan kelompok membaca Alquran juga digunakan sebagai tempat untuk menyebarkan ideologi radikal ISIS.  "Kami menemukan berbagai bentuk dan fungsi yang berbeda dari masjid," kata Adhe, kepada ABC News.

"Beberapa di antaranya digunakan sebagai tempat penyebaran ideologi, beberapa digunakan sebagai tempat konsolidasi, bahkan pengurus masjid pun akan bertindak sebagai agen perjalanan bagi mereka yang bersedia pergi ke Suriah," jelasnya.

Selama berbulan-bulan, Bhakti dan timnya telah memantau masjid dan kelompok membaca Alquran, kemudian mendokumentasikan diskusi dan khotbahnya.

Adhe mengaku memiliki rekaman audio mengenai penyerbaran ajaran radikal, namun tidak dapat diberikan kepada ABC karena rekaman itu milik Pemerintah Indonesia.

"Kami menjadi anggota kelompok membaca Alquran, kami mengikuti kegiatan mereka, kami melakukan wawancara dengan jamaah, jadi kami mendapatkan informasi dengan berbagai cara," ungkap Adhe.

Baca juga, Pasukan Irak Terlibat Bentrokan Sengit dengan ISIS di Mosul.

Pada Februari tahun lalu, ABC menyebut secara eksklusif merekam kegiatan di Masjid As-Syuhada di Jakarta Pusat saat perekrutan militan ISIS sedang berlangsung. Menurut Adhe, mereka banyak beroperasi secara tersembunyi dan kadang-kadang dari rumah pribadi.

"Untuk kelompok radikal, bertatap muka sangat penting bagi mereka karena mereka membangun kepercayaan setelah mereka bertatap muka. Mereka tidak bisa melakukannya secara daring (online), karena secara daring, orang bisa menjadi siapa saja," ujar Adhe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement