REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan keamanan Filipina menemukan tujuh mayat tanpa kepala pada Senin (31/7). Polisi mengatakan jasad-jasad itu diduga korban penculikan di dua kota di pulau selatan, Basilan, oleh kubu kelompok pendukung IS, Abu Sayyaf.
Tentara menyatakan korban bukan bagian dari kelompok 23 sandera, yang ditawan Abu Sayyaf untuk ditebus dan sekitar selusin di antaranya pelaut asing, yang diculik dari kapal barang dan tongkang lamban di laut Sulu.
Mayat itu dikenali dari pakaian, yang dipakai korban itu saat mereka diculik, dan kartu pengenal, yang ditemukan pada jasad mereka, kata polisi.
Mereka diculik dengan todongan senjata dua pekan lalu oleh orang bernama Furiji Indama, sub-komandan Isnilon Hapilon, yang disebut "amir" Asia Tenggara dari IS, yang marah atas kerusakan perkebunan karetnya, kata wanita juru bicara polisi daerah Tara Leah Cuyco.
"Ia menduga mereka termasuk juru gergaji mesin, yang menghancurkan pepohonan karetnya," kata Cuyco, "Dia memerintahkan mereka diculik dan rumah mereka dibakar."
Tentara berjuang menumpas Abu Sayyaf, kelompok kecil dan keras, yang dikenal karena pembajakan dan penculikannya. Beberapa anggotanya termasuk di antara yang bergabung dengan Hapilon untuk berperang bersama gerakan pemberontak lain, Kelompok Maute, saat menguasai sebagian kota Marawi di pulau utama Mindanao pada 23 Mei.
Tentara masih berusaha merebut kembali kota itu. Dilaporkan 600 orang tewas dan 400.000 mengungsi dalam pengepungan, yang menjadi bencana terbesar keamanan dalam negeri Filipinan dalam beberapa tahun.
Tentara menyatakan memukul sekitar 60 pemberontak tersisa ke daerah sekitar satu kilometer persegi di kota Marawi, tapi melakukan pendekatan untuk melindungi sekitar 100 sandera dan 200 warga terperangkap, yang ditakutkan ditahan di sana.