REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) hingga saat ini tidak menganggap bahwa Korea Utara (Korut) adalah musuh utama negara itu. Tidak ada perubahan rezim yang tengah dicari oleh Negeri Paman Sam.
"Kami bukan musuh Anda, kami tidak mencari perubahan rezim dan tidak mencari keruntuhan rezim, hingga mencari alasan mengirim militer ke Korut," ujar Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, dilansir BBC, Rabu (2/8).
Namun, meski bukan ancaman, Korut saat ini telah menunjukkan ancaman yang tidak dapat diterima. Karena itu, Tillerson merasa AS perlu memberi respon segera. Korut kembali melakukan uji coba Peluru Kendali Balistik Antar Benua atau ICBM yang diklaim oleh Korut sukses pertama kali dilakukan pada 28 Juli lalu. Ini merupakan tes kedua dari rudal yang disebut dengan nama Hwasong-14 tersebut.
Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu mengatakan bahwa rudal ini mampu membawa hulu ledak nuklir besar. Uji coba Hwasong-14 kali ini memiliki jangkauan dan kekuatan yang lebih tinggi. Rudal mencapai ketinggian 2314,6 dan terbang sejauh 620 mil hingga akhirnya mendarat di perairan pantai timur Semenanjung Korea.
Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korea Selatan (Korsel) dan Jepang juga merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.
Sejak 2006 lalu, Dewan Keamanan PBB juga telah memberikan sanksi terhadap Korut atas uji coba program nuklir yang dilakukan. AS sebagai negara anggota tetap juga hendak melakukan strategi baru, yaitu bekerjasama dengan Cina yang merupakan sekutu sekaligus mitra dagang dan pemberi bantuan ekonomi utama untuk negara terisolasi itu.
Sebelumnya, AS melalui Duta Besar untuk PBB Nikki Haley mengatakan bahwa saat ini masa dialog dan negosiasi dengan Korut telah berakhir. Ia mengungkapkan Korut menjadi subjek dalam resolusi Dewan Keamanan, namun hingga saat ini tak ada satupun yang dipatuhi negara tersebut.
AS dilaporkan telah menerbangkan dua pesawat yang mampu meluncurkan bom B-1B supersonik di atas Semenanjung Korea. Kemudian, jet milik Jepang dan Korsel juga bergabung, seperti apa yang diminta oleh Haley bahwa dua negara itu harus berbuat lebih banyak dengan adanya uji coba rudal terbaru Korut.