Rabu 02 Aug 2017 12:44 WIB

AS Pertimbangkan Perang dengan Korut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agus Yulianto
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) telah mempertimbangkan untuk menyerang dan menjatuhkan bom ke Korea Utara (Korut) guna menghentikan negara tersebut mengembangkan rudal balistiknya. Hal tersebut disampaikan oleh Sentor AS dari Partai Republik, Lindsey Graham.

Dalam sebuah wawancara di program berita AS, Graham mengungkapkan, bahwa Trump tengah mendiskusikan secara pribadi opsi untuk berperang dengan Korut. Terlebih setelah negara pimpinan Kim Jong-un tersebut melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang diklaim mampu menjangkau seluruh daratan AS.

"Dia (Trump) telah memberitahu saya hal itu (opsi berperang dengan Korut). Saya percaya dia. Jika saya orang Cina, saya juga akan mempercayainya dan melakukan sesuatu untuk itu," kata Graham ketika diwawancara seperti dilaporkan laman Asian Correspondent, Rabu (2/8).

Graham mengatakan, bahwa Trump berkomitmen untuk mencegah Kim Jong-un agar tidak menyerang AS dengan ICBM. Jika ada perang yang harus dihentikan (Kim Jong-un), itu akan terjadi di sana. "Jika ribuan orang mati, mereka akan mati di sana. Mereka tidak akan mati di sini. Dan dia (Trump) telah mengatakan hal itu di hadapan saya," ungkap Graham.

Graham menilai, pernyataan Trump tersebut memang sangat provokatif. Namun, ia memakluminya, karena posisinya sebagai presiden AS yang telah disumpah untuk melindungi segenap rakyat di dalamnya.

Kendati demikian, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson telah mengatakan, bahwa negaranya tetap ingin berdialog dengan Korut. Tillerson mengulangi bahwa Washington berusaha meyakinkan Korut untuk melepaskan program senjata rudal dan nuklirnya melalui tekanan damai.

"Kami tidak mencari perubahan rezim, kami tidak mencari keruntuhan rezim, kami tidak mencari penyatuan kembali semenanjung (Korea) yang dipercepat, kami tidak mencari alasan untuk mengirim militer ke Korut dari paralel ke-38," ucapnya seperti dilaporkan laman BBC, Rabu (2/8).

Namun Korut, kataTillerson, memang telah menunjukkan ancaman yang riil kepada AS. Terlebih setelah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua pekan lalu yang diklaim mampu menjangkau seluruh daratan AS. "Kami bukan musuh Anda (Korut), kami bukan ancaman Anda, tapi Anda menunjukkan ancaman yang tidak dapat diterima oleh kami dan kami harus meresponsnya," ujar Tillerson.

Kendati demikian, menurut Tillerson, perundingan masih dimungkinkan terjadi. Namun kondisi perundingan harus memastikan bahwa Korut tidak akan lagi memiliki senjata nuklir atau kemampuan mengerahkan senjata nuklir tersebut kepada siapa pun, terlebih kepada AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement