REPUBLIKA.CO.ID,Seorang warga Indonesia Yuki Melani Tsaputra yang memiliki suami yang harus menggunakan kursi roda listrik yang berat, mengeluhkan gedung KJRI di Sydney yang tidak ramah dengan kaum difabel. Bagaimana dengan fasilitas serupa di kantor KBRI dan KJRI di kota-kota Australia lainnya?
Yuni Tsaputra mendampingi suaminya Antoni yang sedang menyelesaikan pendidikan PhD di University of New South Wales. Dalam kegiatan sehari-harinya, Antoni yang paraplegia harus menggunakan kursi roda listrik.
Dalam foto kunjungannya ke KJRI hari Selasa (1/8) tampak gambar suaminya di atas kursi roda di depan pintu masuk gedung KJRI Sydney yang memiliki tangga tetapi tidak ada jalur jalan untuk pengguna kursi roda maupun kereta bayi.
"Miris, padahal sudah di negara maju," tulis Yuki di grup Facebook The Rock, mengenai fasilitas di sana yang masih kurang ramah terhadap penyandang difabel tersebut.
Grup The Rock itu beranggotakan lebih dari 30 ribu orang yang digunakan untuk membicarakan berbagai hal menyangkut warga Indoensia di Sydney. Dalam diskusi kemudian, seorang warga lainnya juga mengeluhkan tidaknya fasilitas yang memudahkan mereka yang datang membawa kereta bayi untuk bisa masuk dengan mudah ke gedung KJRI.
Jalur untuk masuk ke KJRI Perth yang bisa digunakan pengguna kursi roda dan kereta bayi.
Dalam tanggapannya, Konjen RI di Sydney Yayan GH Mulyana memang mengakui tidak adanya fasilitas untuk memudahkan mereka yang menggunakan kursi roda atau kereta bayi tersebut.
"Gedung KJRI memang belum memiliki ramp. Gedung KJRI saat dibeli tahun 1980-an, merupakan bekas untuk permainan squash yang terus diperbaiki secara bertahap untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang nyaman bagi warga," kata Yayan kepada wartawan ABC Sastra Wijaya.
"Dalam konteks tersebut, dimaklumi salah satu fasilitas yang belum tersedia adalah ramp yang tentunya sangat penting bagi warga kita yang merupakan kaum disabilitas."
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat, sesuai kapasitas KJRI Sydney, fasilitas tersebut segera terealisasi," kata Yayan lagi yang juga mengirimkan jawaban senada kepada Yuki dan pengelola The Rock kemudian.
Menurut Yuki Melani yang sekarang bersama suaminya terlibat dalam kegiatan advokasi bagi hak-hak kelompok difabel mengatakan bahwa sebenarnya di Indonesia sudah dikeluarkan aturan agar fasilitas di gedung pemerintahan dibuat menjadi ramah bagi kelompok difabel.
"Lagian pemerintah kita sudah mengintruksikan lewat Peraturan Presiden No.75 dan Instruksi Presiden No.10 tahun 2015 tentang fasilitas untuk membantu kelompok difabel yang wajib diimplementasikan oleh kementrian lembaga," kata Yuki, hari Kamis (3/8).
Sehubungan dengan fasilitas di KJRI Sydney, Yuki mengatakan bahwa fasilitas untuk membantu kelompok difabel ini tidaklah harus menunggu sampai adanya renovasi besar-besaran. "Tidak ada yang dirugikan dengan penyediaan aksesibilitas, tidak hanya bermanfaat bagi disabilitas tapi juga lainnya seperti ibu-ibyu yang bawa bayi dengan pram atau manula yang menggunakan alat bantu juga." katanya.
"Aksesibilitas itu tidak perlu mahal, tidak mesti rombak bangunan tetapi bisa disiasati dengan ramp portable atau bikin sendiri dari papan." katanya lagi.
Di KBRI Canberra sudah ada jalan yang diperuntukkan bagi kursi roda dan yang lain untuk memasuki gedung.
Fasilitas difabel di kantor KBRI dan KJRI lainnya
ABC kemudian menghubungi kantor KBRI dan KJRI lain di Australia untuk mengetahui apakah di sana sudah ramah bagi kelompok difabel.
Jawaban yang diterima mengatakan semuanya sudah memiliki fasilitas tersebut.
"KBRI Canberra memiliki fasilitas ramp untuk difabel maupun untuk kereta bayi, baik untuk akses parkir kendaraan, akses menuju Resepsionis, dan Ruang Kekonsuleran, serta menuju ruang pertemuan di Balai Kartini," kata Iwan Freddy staf KBRI di Canberra.
Di KJRI Darwin, menurut Konjen Andre Siregar, keadaan juga demikian. "Kantor KJRI di ibukota Northern Territory Darwin ramah bagi warga difabel yang hendak melakukan urusan keimigrasian, karena gedung tidak memiliki tangga." katanya.
“Seluruh aktivitas bagi warga memang dilakukan di ruang bawah, baik untuk acara atau pengurusan paspor dan visa,” ujar Andre. “Sementara lantai atas hanya untuk bekerja dan pertemuan.”
Konjen RI untuk Victoria dan Tasmania di Melbourne Dewi Savitri Wahab juga mengatakan gedung KJRI sudah cukup ramah. "Kita cukup ramah karena semua kegiatan adakan di lantai satu dan pelayanan konsuler di lantai satu."
"Kebetulan juga di pintu masuk juga cukup ramah untuk kelompok difabel," kata Dewi Wahab.
Di ibukota Australia Barat, Perth, Konjen Ade Padmo Sarwono juga mengirimkan beberapa gambar menunjukkan fasilitas yang sudah tersedia untuk memudahkan pengguna kursi roda atau mereka yang membawa kereta untuk masuk ke sana.
"Jalan untuk masuk ke kantor dan pelayanan sudah tersedia untuk mereka yang memerlukan, walaupun masih terbatas," kata Ade.