REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Senior komandan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah mengirim beberapa komponen untuk membuat alat peledak ke dua orang tersangka yang diduga merencanakan serangan teror di atas pesawat Etihad Airways dari Sydney, Australia. Saat ini penyelidikan tengah dilakukan dalam kasus yang disebut memiliki dua plot tersebut.
Kepolisian Australia sebelumnya mengatakan, dua orang tersangka memiliki beberapa rencana dalam melakukan aksi kejahatan mereka. Plot tersebut disusun untuk membuat pesawat, target dalam kejadian itu dapat turun dari ketinggian.
Plot pertama adalah menempatkan alat peledak dalam pesawat Etihad Airways yang berangkat dari Sydney pada 15 Juli lalu. Beruntung, rencana pertama ini tidak berhasil lolos saat pemeriksaan bagasi kargo di bandara.
Menurut tim investigasi dari kepolisian Australia, plot ini sangat canggih dan belum pernah berada dalam catatan kejahatan terorisme Australia. Jika berhasil, setiap rencana aksi itu dapat membuat ledakan bom sangat besar, seperti dalam skala militer.
Kemudian, rencana kedua adalah meluncurkan perangkat dispersi kimiawi. Pembuatan perangkat kimia improvisasi itu disebut dirancang untuk melepaskan hidrogen sulfida beracun di dalam pesawat.
Namun, rencana ini dinilai tidak berhasil sama sekali dilakukan. Bahkan, langkah untuk membuat plot tersebut nampaknya tidak dapat tercapai.
"Ini adalah plot serangan paling canggih yang pernah ada di tanah Australia," ujar komisioner Polisi Federal Australia untuk Keamanan Nasional, Michael Phelan dalam sebuah konferensi pers, dilansir CNN, Jumat (4/8).
Menurut keterangan, para tersangka mendapat bagian dari perangkat peledak tersebut dari Turki. Barang-barang ini dikirimkan melalui pesawat kargo.
Dua tersangka berusaha membawa perangkat tersebut ke dalam pesawat Etihad Airways dari Sydney pada 15 Juli lalu. Akibatnya penerbangan dibatalkan dan pemeriksaan secara menyeluruh dilakukan di beberapa area pesawat dan lokasi lainnya di Sydney.