REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres akan melakukan kunjungan perdananya ke Israel dan Palestina, serta Jalur Gaza pada akhir Agustus. Kunjungan tersebut disambut baik oleh perwakilan kedua negara untuk PBB.
Dalam kunjungannya nanti, Guterres akan menggelar pembicaraan dengan para pemimpin Israel. Setelah itu, dia akan bertolak ke Ramallah untuk bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Berikutnya Guterres akan berkunjung ke Jalur Gaza, di mana PBB menjalankan sebuah program kemanusiaan di sana.
Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menilai kunjungan Guterres ke negaranya merupakan sebuah agenda yang sangat penting. Menurutnya, kunjungan tersebut mengindikasikan bahwa PBB memiliki perhatian khusus terkait penderitaan yang dialami rakyat Palestina.
"PBB telah terlibat sejak didirikan dengan pertanyaan Palestina (tentang kemerdekaan) dan akan tetap terlibat hingga pertanyaan tersebut diselesaikan dalam semua aspeknya berdasarkan hukum internasional, " ujar Mansour seperti dikutip laman Al Arabiya, Jumat (4/8).
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon juga menyambut kunjungan Guterres ke negaranya. Ia menilai kunjungan tersebut akan memungkinkan Guterres membangun hubungan yang akrab dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Kami sangat senang dengan kunjungan ini. Ini adalahkesempatan besar bagi sekjen (PBB) untuk merasakan Israel, bertemu dengan parapemimpinnya, dan untuk memahami tantangan yang dihadapi Israel dari hari ke hari," ungkap Danon.
Menurutnya, Guterres, yang mantan perdana menteri Portugal, sudah memiliki pengalaman tentang Israel karena telah berkunjung sebelumnya. Dia pernah ke Israel di masa lalu. "Dia tahu kompleksitas masalahnya. Dia bukan seseorang yang datang ke wilayah kita dan tidak tahu apa yang sedang terjadi," kata Danon.
Hubungan antara PBB dengan Israel diketahui telah menegang. Penyebab utama ketegangan tersebut adalah perluasan permukiman Yahudi olehIsrael di tanah Palestina, yang oleh dunia dikecam sebagai tindakan ilegal.
Sejak menjabat pada awal Januari lalu, Guterres telahberhati-hati dalam melakukan pendekatan terhadap konflik Israel dan Palestina. Sebagian sebagai tanggapan atas tudingan AS bahwa PBB bersikap bias terhadap Israel.