REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransis memberi peringatan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk tidak memulai sebuah pemerintah penuh kediktatoran di negara yang dipimpinnya tersebut. Pernyataan ini datang menyusul pemilihan majelis nasional yang dilakukan Venezeula pada pekan lalu.
"Saya juga menyerukan agar majelis nasional baru di Venezuela sebaiknya ditangguhkan sementara untuk mencegah krisis terus memburuk bagi negara itu," ujar Paus Fransiskus dalam sebuah pernyataan, Sabtu (5/8).
Pemilihan majelis nasional baru bertujuan membuat konstitusi dan membubarkan institusi negara tersebut. Menurut Presiden Maduro, langkah tersebut akan menciptakan perdamaian dan mendorong dialog yang pada akhirnya menyatukan seluruh masyarakat yang selama ini dinilai sangat terpecah.
Namun, oposisi melihat konstitusi baru hanya akan menjadi pelopor kediktatoran baru bagi pemerintahan Maduro. Presiden dapat memaksimalkan kekuasaannya dan mengesampingkan legislatif yang dikuasai pihak mereka.
Oposisi telah memboikot pemungutan suara tersebut dan meminta warga Venezuela untuk melakukan demonstrasi. Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebelumnya juga telah memberikan peringatan kepada Venezuela atas pemilihan majelis nasional yang kontroversial itu. Demikian dengan sejumlah negara di Amerika Latin dan Uni Eropa.
Krisis dan kekacauan di Venezuela telah terjadi seiring dengan krisis ekonomi yang terus meningkat. Inflasi negara itu diperkirakan mencapai hingga 700 persen pada tahun ini, berdasarkan data yang diperoleh dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Politisi oposisi menyalahkan kebijakan sosialis yang diterapkan oleh Maduro, serta pendahulunya mantan presiden Hugo Chavez. Gelombang protes terhadapnya juga terus berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, yang berujung dengan bentrokan.
Setidaknya lebih dari 100 orang tewas dalam demonstrasi yang berujung bentrokan tersebtut. Jumlah ini tercatat sejak gelombang unjuk rasa terjadi mulai pada April lalu.
Dalam peringatan yang dinyatakan Paus Francis, ia juga meminta agar negosiasi guna mencapai dilakukan di Venezuela. Pemimpin gereja Katolik dunia yang berpusat di Vatikan, Italia itu mengkahwatirkan krisis di Venezuela terus memburuk.
"Ini adalah masa penderitaan serius bagi para warga venezuela, sebaiknya semua orang di negara itu menghindari kekerasan dan segala bentuk penggunaan kekuatan yang berlebihan," jelas Paus Francis.