REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi peringatan keras terhadap Korea Utara (Korut). Ia menegaskan bahwa negaranya dapat membalas Korut dengan api dan amarah.
Menurut Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, ancaman yang disampikan Trump telah sepenuhnya dipahami oleh pemimpin Korut Kim Jong-un. Tetapi, ia meyakini tidak akan ada langkah balasan yang berarti dari negara terisolasi itu.
"Saya tidak yakin akan ada ancaman yang sebenarnya dari Korut setelah negara itu membalas peringatan Presiden Trump," ujar Tillerson dilansir The Independent, Rabu (9/8).
Atas peringatan Trump, Pemerintah Korut mengatakan saat ini sedang mempertimbangkan serangan rudal ke salah satu wilayah AS, Guam. Di sana terdapat salah satu basis utama angkatan udara Negeri Paman Sam dan tempat bagi 6000 personil militer.
"Apa yang Trump katakan sebagai peringatan kepada Korut saya yakin dipahami dengan baik oleh Kim Jong-un, karena justru dengan bahasa diplomatik dia tidak dapat mengerti," kata Tillerson.
Ketegangan antara Korut dan AS telah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Ancaman program nuklir Korut sebelumnya diperingatkan oleh Trump dapat dibalas dengan tindakan keras berupa aksi militer.
Sejumlah kapal kelompok angkatan laut dari negara adidaya itu juga ditempatkan di Semenanjung Korea sebagai langkah antisipasi. Kemudian, uji coba rudal yang terus dilakukan membuat AS mengatakan bahwa masa dialog dengan Korut telah berakhir.
AS dilaporkan telah menerbangkan dua pesawat yang mampu meluncurkan bom B-1B supersonik di atas Semenanjung Korea. Kemudian, jet milik Jepang dan Korsel juga bergabung, seperti apa yang diminta oleh Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley bahwa dua negara itu harus berbuat lebih banyak dengan adanya uji coba rudal terbaru Hwasong-14.
Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan sebuah resolusi untuk memberlakukan sanksi ekonomi terbaru terhadap Korut pada Sabtu (5/8) lalu. Dengan sanksi ini, pendapatan ekpor yang dimiliki negara terisolasi itu dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS.
Resolusi yang dirancang oleh AS, sebagai salah satu anggota tetap dewan itu membuat tidak diizinkannya ekspor sejumlah barang tambang diantaranya batu bara, besi, dan bijih besi. Kemudian, makanan laut juga tidak diperbolehkan untuk diekspor dari Korut. Selain itu, jumlah pekerja dari negara yang dipimpin Kim Jong-un itu yang bekerja di luar negeri juga tidak dapat diperbanyak.
Meski resolusi terbaru dari PBB telah dikeluarkan, Korut menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Negara tu juga sebelumnya mengatakan tidak khawatir dengan adanya alat pencegah senjata nuklir yang dimiliki AS dan bertujuan mengancam mereka.
The Independent
Puti Almas