Jumat 11 Aug 2017 13:29 WIB

AS Masih Berharap Selesaikan Kriris Korut Lewat Diplomasi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Menteri Pertahanan AS, James Mattis.
Foto: BBC
Menteri Pertahanan AS, James Mattis.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis mengatakan negaranya masih berharap untuk menyelesaikan krisis Korea Utara (Korut) melalui jalur dialog dan diplomasi. Walaupun ia mengklaim bahwa AS telah siap bila terpaksa harus berperang.

Mattis mengungkapkan sebagai seorang menteri pertahanan, kemudian melihat potensi ancaman yang ditebarkan Korut, tentu dia siap bila harus masuk ke dalam konflik dan peperangan. Namun, ia berpendapat, upaya diplomasi masih layak dicoba kepada Korut.

Terutama setelah upaya ini dilakukan oleh Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley dan menuai hasil. Sebab, menurutnya, opsi perang tentunya akan menimbulkan bencana yang cukup hebat.

“Tragedi perang sudah cukup dikenal. Hal ini tidak perlu karakterisasi lain kecuali kenyataan bahwa ini akan menjadi sebuah bencana besar,” ujar Mattis, seperti dikutip laman BBC, Jumat (11/8).

Ketika ditanya tentang rencana militer AS untuk menghadapi potensi konflik dengan Korut, Mattis mengatakan bahwa AS telah cukup siap. “Namun saya tidak memberitahu musuh sebelumnya apa yang akan saya lakukan,” ucapnya.

Pada Kamis (10/8), Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman kepada Korut. “Saya akan memberitahu Anda hal ini, bila Korut melakukan sesuatu atau bahkan memikirkan serangan terhadap siapapun yang kita cintai atau kita wakili atau sekutu kita, mereka bisa menjadi sangat, sangat gugup,” ucapnya.

“Saya akan memberitahu Anda mengapa, karena sesuatu akan terjadi pada mereka (Korut) seperti yang tidak pernah mereka duga,” ujar Trump menambahkan.

Kendati demikian, Trump menegaskan bahwa AS akan selalu mempertimbangkan negosiasi. Sebab opsi ini dinilai tidak akan merugikan kedua negara dan tidak memicu krisis dan bencana yang lebih besar seperti peperangan.

Ketegangan antara AS dan Korut kembali mencuat dalam beberapa pekan terkakhir. Tepatnya setelah Korut menguji dua rudal balistik antarbenua pada Juli. Satu rudal di antaranya diklaim telah mampu menjangkau seluruh daratan AS. Tindakan Korut itupun diganjar dengan sanksi ekspor oleh PBB yang berpotensi merugikan Pyongyang senilai 3 miliar dolar AS per tahun.

Walaupun telah dikenakan sanksi, Korut baru-baru ini mengatakan akan menyelesaikan sebuah rencana untuk merudal wilayah Guam, yakni sebuah pulau kecil di Pasifik, tempat pengebom strategis AS berbasis. Guam dihuni sekitar 160 ribu warga AS. Namun belum ada indikasi bahwa serangan ke Guam telah mendekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement