REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Bencana banjir bandang dan tanah longsor telah menewaskan sedikitnya 94 orang di Nepal dan India. Pejabat setempat khawatir angka tersebut akan meningkat tajam setelah tim penyelamat melakukan pencarian puluhan korban yang diyakini hilang di desa-desa yang terendam air.
Pada Ahad (13/8), pihak berwenang mengumumkan korban tewas meningkat tajam di Nepal, karena ketinggian air terus meningkat. Hal ini memaksa ribuan orang untuk melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi.
"Sebanyak 17 lainnya hilang. Proses pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung namun tingkat ketinggian airnya belum turun," kata Shankar Hari Acharya, Kepala Pusat Darurat Nasional Nepal, Channel News Asia.
Palang Merah memperkirakan, di Nepal saja korban tewas mencapai 53 orang. Selain itu, ratusan bangunan juga dilaporkan hancur akibat terjangan air dan lumpur.
Sementara di India, tanah longsor besar di wilayah utara, telah menyeret dua bus berpenumpang dari sebuah bukit ke dalam ngarai yang cukup dalam. Insiden ini sementara dilaporkan telah menewaskan 45 orang menumpang yang ada di dalam bus.
Seluruh jenazah 45 penumpang berhasil ditemukan di lokasi kejadian, di Negara Bagian Himalaya. Seorang pejabat senior setempat, Sandeep Kadam, mengatakan, masih banyak korban yang tertinggal di dasar jurang. Tentara dan tim penyelamat bekerja hingga larut malam untuk menemukan mereka yang diduga berada di bawah lumpur dan batu.
Perdana Menteri India Narendra Modi menyampaikan ucapan belasungkawa kepada mereka yang terkena dampak kecelakaan tersebut. "Sangat tertekan oleh hilangnya nyawa akibat kecelakaan yang berhubungan dengan tanah longsor di distrik Mandi di Himachal Pradesh," tulis Modi melalui akun Twitter pribadinya.
Bencana tersebut disebabkan oleh hujan lebat yang turun setiap hari, sehingga mengendurkan tanah di lereng bukit yang curam. Tanah longsor mengancam desa-desa di kaki gunung setiap musim hujan.
Ratusan orang telah meninggal dunia di India akibat hujan deras, banjir, dan tanah longsor sejak awal musim hujan pada April lalu. Sementara di Nepal, sebanyak 100 orang juga telah dilaporkan tewas sejak Juni. "Tidak ada rumah tanpa air. Ratusan keluarga berlindung di sekolah-sekolah setempat," ujar Raghu Ram Mehta, penduduk distrik selatan Sunsari.
Rekaman video yang disiarkan di TV Nepal menunjukkan penduduk desa mengarungi air setinggi pinggang dengan membawa barang-barang mereka untuk untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Di resor safari Sauraha yang populer di Chitwan, hotel terpaksa memindahkan tamu mereka ke lantai yang lebih tinggi saat air mulai masuk.
Seorang pemilik hotel mengatakan, mereka menggunakan gajah untuk mengangkut wisatawan ke jalan raya dan bandara terdekat untuk membantu mereka kembali ke ibu kota Kathmandu. Bandara Biratnagar di distrik timur Morang juga kemudian ditutup setelah tenggelam beberapa meter. "Saya telah menginstruksikan pihak berwenang untuk menyelamatkan korban banjir, memindahkan mereka ke lokasi yang lebih aman dan segera memberikan bantuan kepada mereka," kata Perdana Menteri Sher Bahadur Deuba.