Senin 14 Aug 2017 16:28 WIB

Dapatkah Robot Menjadi Kreatif?

Rep: Paul Donoughue/ Red: Budi Raharjo
Artificial Intelligence (AI)
Foto: ABC News
Artificial Intelligence (AI)

REPUBLIKA.CO.ID,Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin menjadi hal biasa. Mulai dari smartphone, Amazon, hingga mobil tanpa sopir yang akan segera ditemui di sejumlah jalanan di dunia, termasuk di Australia.

Seringkali, respons soal kecerdasan buatan ini adalah ketakutan dan kekhawatiran,  soal pengangguran dan dominasi perusahaan-perusahaan besar dunia. Tapi belum tentu ini terjadi. "Seni adalah salah satu area di AI dimana ada pandangan optimis soal bagaimana manusia dan mesin dapat bekerja sama," kata Dave King, pendiri Move 37, perusahaan AI yang kreatif.

Ia mengatakan kreativitas bukanlah hal yang diberikan Tuhan. Melainkan sebagai sebuah proses dan membutuhkan latihan. "Salah satu aspek kreativitas yang paling menarik adalah kemampuan menggabungkan ide atau menggambar bersama," katanya.

"Jika Anda memiliki algoritma yang sesuai keinginan, Anda bisa menemukan banyak hal yang berbeda."

AI sudah digunakan di berbagai bidang seni. Algoritma yang dilakukan di jutaan halaman novel roman telah digunakan untuk menulis puisi.Sebuah Kompetisi Seni Robot baru-baru ini menunjukkan sejumlah lukisan dengan goretan kuas digital yang terlihat sangat canggih, jika dibuat dengan tangan manusia.

Jon McCormack adalah seorang seniman dan profesor ilmu komputer di Monash University yang karyanya menggabungkan algoritma. Seri lukisannya diberi judul Fifty Sisters (2012) menampilkan lukisan tanaman yang terlihat futuristik yang "dikembangkan dengan algoritma" dari kode komputer.

Dalam karya lain, berjudul Eden, ia menciptakan sebuah instalasi yang menampilkan "makhluk maya" yang gerakannya dipengaruhi oleh pengunjung galeri yang masuk ke galeri. Jon mengatakan bisa dimengerti ketika ada kekhawatiran soal AI.

"Secara alami kita takut saat ada orang yang mengambil sesuatu dari kita, terutama sesuatu yang berharga seperti kreativitas dan seni, dimana sama dengan sifat mendasar manusia, sebagai hal yang membedakan kita dengan mahluk lainnya di dunia," katanya.

Bagaimanapun, seperti yang diungkapkan Profesor Toby Walsh, seorang pakari AI: "Kita memiliki otak yang paling kreatif."

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Hasil karya seniman Australia, Jon McCormack dari Fifty Sisters menggambarkan tanaman digital lewat alogaritme komputer. Foto: Koleksi Jon McCormack

"Salah satu pekerjaan tertua di planet ini, menjadi tukang kayu atau seniman, kita akan lebih menghargai [di masa depan], karena kita ingin melihat barang-barang yang diukir atau disentuh oleh tangan manusia, bukan mesin."

Seniman selalu menggunakan alat untuk menciptakan karya mereka: untuk Van Gogh, itu adalah kuas cat; Untuk Henri Cartier-Bresson, kamera Leica. "Saya melihat diri saya sebagai seniman," uajr Jon soal komposisinya. "Komputer masih sangat primitif, tidak memiliki kemampuan yang sama dengan kreativitas manusia, tapi mampu melakukan hal-hal yang melengkapi kecerdasan kita."

Dave mengatakan AI saat ini hanya bisa memberikan perspektif terbatas soal praktik artistik. "Mereka hanya bisa memanfaatkan apa yang telah mereka latih," katanya, mengacu pada berkas data yang digunakan untuk membuat kecerdasan buatan. "Sementara kondisi manusia berkembang dan luas dan membawa perspektif yang jauh lebih mendalam untuk itu."

Dengan sendirinya, AI pasti bisa menghasilkan hal-hal yang terlihat seperti seni, kata Jon. Apakah Anda bisa menganggapnya sebagai sebuah seni atau tidak, itu adalah pertanyaan lainnya. "Kebanyakan apa yang kita pikirkan soal seni adalah komunikas manusia satu sama lain," katanya.

"Begitu Anda membawa komputer ke area campuran ini, tiba-tiba Anda merasa ada sesuatu yang bukan manusia berusaha menjalankan peran yang biasanya dilakukan secara ekslusif oleh orang-orang."

Kedepannya mungkin akan melangkah lebih jauh: pertimbangan mesin bukanlah hanya alat, tapi mitra atau yang diajak berkolaborasi dengan kemampuannya sendiri untuk menciptakan sesuatu. "Kami selalu memikirkan kemitraan kreatif yang hebat dari [John] Lennon dan [Paul] McCartney [anggota The Beatles]," kata Jon.

"Akankah kita pada akhirnya mencapai suatu titik dimana kita manusia bermitra dengan dan komputer, yang lebih kita akui dari sekedar hanya bagian-bagian tertentunya saja?"

"Jika seni itu benar-benar bagus, jika menggerakkan emosi seperti seni terbaik, maka saya rasa kita akan mulai menerima seni yang dibuat oleh mesin."

Eden adalah hasil karya seniman Jon McCormack yang menggabungkan AI. Foto: Jon McCormack

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diterbitkan pada 14/08/2017 pukul 14:45 AEST. Simak laporannya dalam bahasa Inggris di sini.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/studi-nad-inovasi/2017-08-14/jika-robot-bisa-buat-seni-apa-yang-bisa-kita-buat/8804598
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement