Rabu 16 Aug 2017 18:24 WIB

AS Sebut ISIS Ancaman Bagi Kebebasan Beragama

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson menilai ISIS merupakan ancaman bagi kebebasan beragama di seluruh dunia. Hal itu ia ungkapkan dalam laporan kebebasan beragama tahunan Departemen Luar Negeri AS.

“ISIS jelas bertanggung jawab atas genosida terhadap kelompok Yazidi, Kristen, dan Muslim Syiah di wilayah-wilayah yang dikuasainya,” kata Tillerson dalam kata pengantar laporan tersebut, seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (16/8).

“ISIS juga bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan pembersihan etnis yang ditujukan pada kelompok yang sama ini dan dalam beberapa kasus melawan Muslim Sunni, Kurdi, dan minoritas lainnya.”

Menurutnya, ISIS secara terus menerus menargetkan anggota dari berbagai agama dan etnis untuk diculik, diperbudak, bahkan diperkosa. Buntut dari kekerasan yang dilakukan oleh ISIS ini adalah kematian. Oleh sebab itu, Tillerson menyatakan, perlindungan terhadap korban selamat adalah prioritas hak asasi manusia bagi pemerintahan Donald Trump.

“Sebab bila kebebasan beragama tidak terlindungi, maka ketidakstabilan, pelanggaran hak asasi manusia, serta ekstremisme kekerasan memiliki kesempatan lebih besar untuk mengakar. Tidak ada yang harus hidup dalam ketakutan, beribadah karena takut atau menghadapi diskriminasi atas kepercayaannya,” ujar Tillerson.

Dalam laporan tersebut, Departemen Luar Negeri AS juga mengkritik Cina, Iran Arab Saudi, dan beberapa negara lainnya. Negara-negara tersebut dikritik karena dianggap gagal melindungi hak-hak kelompok minoritas.

 

Baca juga, Pasukan Irak Terlibat Bentrokan Sengit dengan ISIS di Mosul.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement