REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi teror terjadi Barcelona, Spanyol. ISIS telah mengklaim teror tersebut sebagai aksi mereka.
Pemilihan Spanyol sebagai target teror pun disebut karena sejarah masa keislaman di Andalusia, Spanyol. "Sejarah Andalusia sebagai bumi kaum Muslimin selalu digunakan ISIS untuk jargon. Mereka menganggap Spanyol dulunya dimiliki oleh khilafah Islam karena dulu memang pernah berada di dalam wilayah khilafah Islamiyah," ujar pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Ridwan Habib, kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Jumat (18/8).
Selain itu, Ridwan menjelaskan, Spanyol itu merupakan salah satu penyumbang gerilyawan asing untuk ISIS yang cukup besar. Bisa juga disebut sebagai 'pejuang' teroris asing (foreign terrorist fighters atau FTF). Mereka adalah orang asing yang melakukan aksi terorisme di luar negerinya.
Mengingat saat ini mereka sedang dalam kondisi terdesak di Suriah dan Irak, mereka mengalihkan serangan ke tempat asal-usul mereka. "Foreign terrorist fighter dari Andalusia itu cukup banyak sehingga, ketika mereka sekarang sedang dalam kondisi terdesak di sana, mereka mengalihkan serangan ke tempat asalnya," jelas Ridwan.
Seperti diberitakan sebelumnya, 13 orang tewas dan setidaknya 50 lainnya mengalami luka dalam serangan teroris di Barcelona, Kamis (18/8). Serangan terjadi sekitar pukul 17.00 waktu setempat, seperti disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Spanyol, Katalan Joaquim Forn, dilansir dari Reuters.
Seorang pria, yang digambarkan berbadan langsing dan berusia pertengahan 20 tahunan, mengendarai mobil van putih dengan kecepatan tinggi sepanjang beberapa ratus meter ke arah Las Ramblas, berusaha menabrak sebanyak mungkin orang. Tak lama kemudian, ISIS menyatakan bertanggung jawab atas serangan teror van tersebut. Klaim tersebut disampaikan melalui kantor berita Amaq, kantor berita yang memiliki hubungan afiliasi dengan ISIS.