Sabtu 19 Aug 2017 17:44 WIB

Islamofobia Jerman Meningkat, 16 Muslim Terluka

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: avizora.com
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -– Kejahatan yang terjadi akibat kebencian terhadap Muslim di Jerman meningkat tajam pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini mencerminkan Islamofobia yang didorong oleh partai-partai politik populis dan ultra-kanan.

“Sedikitnya 16 Muslim terluka dalam kekerasan Islamofobia antara April hingga Juni, meningkat dari dua insiden di kuartal pertama,” ungkap Kementerian Dalam Negeri Jerman, seperti dikutip laman Anadolu Agency, Sabtu (19/8).

Pada kuartal kedua, kepolisian Jerman mencatat terjadinya 192 kejahatan akibat Islamofobia, mencakup penghinaan, pelecehan, ancaman, serta kekerasan dan serangan terhadap masjid.

Jerman telah menyaksikan berkembangnya Islamofobia dan kebencian terhadap para migran dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah kalangan menilai hal ini dipicu oleh propaganda dari partai-partai sayap kanan dan populis yang telah mengeksploitasi kekhawatiran krisis pengungsi dan terorisme.

Partai Kiri Jerman, pada Jumat (18/8), memperingatkan bahwa umat Islam Jerman saat ini menghadapi ancaman yang lebih serius karena kelompok sayap kanan tidak ragu lagi untuk menggunakan kekerasan.

Anggota parlemen Partai Kiri Martina Renner menuding gerakan populis dan partai sayap kanan mendorong kejahatan ini lewat retorika mereka.

“Maraknya kejahatan anti-Muslim adalah bagian dari pergeseran umum ke hak yang sedang diekspresikan serta diperkuat oleh para pihak seperti AfD (Alternative for German Party),” ujar Renner.

AfD diketahui telah mengadopsi retorika anti-Islam secara eksplisit sejak krisis pengungsi Eropa dimulai pada 2105. Kala itu 800 ribu pengungsi Muslim dari Suriah dan Irak tiba di Jerman.

Kandidat teratas AfD Alexander Gauland, pada Rabu (16/8), mengatakan, Islam memang tidak memiliki tempat di Jerman. “Islam sebagai entitas keagamaan dan budaya tidak memiliki tempat di negara ini,” katanya.

Sebuah studi oleh Yayasan Bartelsman pada 2015 menunjukkan bahwa 57 persen warga non-Muslim Jerman menganggap Islam sebagai ancaman. Sementara 61 persen menilai Islam tidak sesuai dengan masyarakat Barat.

Jerman, sebuah negara berpenduduk 81,8 juta orang, memiliki populais Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Di antara 4,7 juta Muslim di sana, 3 juta di antaranya berasal dari Turki. Banyak dari mereka bermigrasi ke Jerman pada 1960-an

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement