REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Ribuan Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh sejak Myanmar mengumumkan adanya penumpukan pasukan militer di negara bagian Rakhine yang dilanda kekerasan awal bulan ini. Pemimpin Rohingya di Bangladesh mengatakan setidaknya 3.500 orang telah tiba dalam beberapa pekan terakhir. Kedatangan orang Rohingya ini membuat kamp pengungsi menjadi penuh sesak di area Cox's Bazaar dekat sungai Naf yang membagi kedua negara.
"Di kamp Balukhali saja, sekitar 3.000 orang Rohingya tiba dari desa mereka di Rakhine," kata pemimpin Rohingya di Bangladesh, Abdul Khaleq seperti dilansir Aljazirah (24/8).
Kamal Hossain, seorang tetua Rohingya di kamp lain, mengatakan bahwa hampir 700 keluarga telah tiba di Bangladesh dalam 11 hari terakhir. Kebanyakan mereka tidur di area terbuka karena tidak ada tempat lagi di kamp.
Pada 12 Agustus lalu, pihak berwenang di Myanmar mengirim ratusan tentara ke Rakhine untuk meningkatkan keamanan. Pemerintah Myanmar mengabaikan kritik dari pelapor khusus PBB Yanghee Lee, yang memperingatkan bahwa penempatan tentara tersebut menjadi perhatian utama PBB.
Rakhine, di Myanmar utara, dilanda kekerasan sejak Oktober, saat orang-orang bersenjata menyerang pos polisi. Setelah insiden tersebut, pihak berwenang Myanmar dilaporkan telah menindak komunitas Rohingya, yang diyakini oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tindakan yang dapat menyebabkan pembersihan etnis dari kelompok minoritas Muslim.
Deen Mohammad, seorang pria Rohingya lainnya yang memasuki Bangladesh pada tanggal 13 Agustus mengatakan bahwa penduduk desa Muslim di Rakhine tidak diizinkan untuk mengunjungi tetangga tanpa mendapat izin dari tentara sebelumnya.
Petani berusia 45 tahun tersebut mengatakan bahwa dia meninggalkan rumah bersama keluarganya setelah tentara membunuh anak laki-lakinya yang berusia 23 tahun karena telah melakukan perjalanan ke desa terdekat