REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Majalah satir Prancis Charlie Hebdo sepertinya tak pernah jera membuat ulah. Belum lama ini, majalah itu menerbitkan edisi terbarunya dengan menampilkan sampul depan yang provokatif.
Ilustrasi di sampul itu menggambarkan dua pejalan kaki yang bersimbah darah setelah ditabrak oleh sebuah van yang melaju kencang, dengan judul, “Islam adalah agama damai”. Tak pelak, ilustrasi sampul yang mendiskreditkan Islam itu sempat jadi trending topic teratas Twitter di Prancis.
Banyak netizen yang kemudian mengecam tindakan Charlie Hebdo. Mereka menilai majalah itu telah berbuat rasialis dan menjijikkan. Warganet juga menuduh Charlie Hebdo tengah berusaha membangkitkan kebencian terhadap kaum Muslim dengan mengait-ngaitkan Islam dengan terorisme.
Anggota parlemen Prancis dari Partai Sosialis, Stephane Le Foll mengatakan, Charlie Hebdo berisiko mengipasi Islamofobia. Menurut dia, sampul depan majalah itu sangat berbahaya karena dapat merusak kerukunan antarumat beragama di negara itu.
“(Charlie Hebdo) mengatakan Islam adalah agama damai, tapi sambil menyiratkannya sebagai agama pembawa kematian yang sangat berbahaya. Bila Anda seorang jurnalis, Anda perlu menahan diri (agar tidak menjadi provokator). Karena penghakiman semacam ini dapat digunakan oleh orang lain,” kata Le Foll kepada stasiun televisi Prancis, BFMTV, kemarin.
Sampul provokatif Charlie Hebdo kali ini muncul tak lama setelah serangan teroris di Las Ramblas Barcelona, Spanyol, Kamis (17/8) pekan lalu. Sebanyak 13 orang dilaporkan tewas dalam insiden itu dan lebih dari 100 orang lainnya terluka.
Menurut sejumlah saksi mata, banyak korban yang tersungkur ke tanah usai tertabrak van tersebut. Beberapa orang mencoba menyelamatkan diri memasuki pertokoan di sekitar Las Ramblas. Sekitar delapan jam kemudian, aksi teror susulan terjadi di Cambrils, sebuah kota yang berada sekitar 120 kilometer di selatan Barcelona.
Di sana, sebuah mobil Audi A3 menabrak para pejalan kaki, hingga melukai enam warga sipil. Satu di antaranya kini dalam kondisi kritis. Menurut data yang dihimpun pihak berwenang Spanyol, para korban teror di Barcelona berasal dari 18 negara yang berbeda. Beberapa di antaranya adalah Prancis, Italia, Venezuela, Australia, Irlandia, Peru, Aljazair, dan Cina.
Prancis dan negara-negara Eropa pada umumnya telah mengalami serangkaian serangan teroris yang menggunakan kendaraan sebagai senjata untuk membunuh warga sipil tanpa pandang bulu. Baik Muslim maupun non-Muslim telah menjadi korban serangan teroris di London, Berlin, Nice, dan tempat-tempat lainnya.
Charlie Hebdo sendiri pernah menjadi sasaran serangan teroris pada Januari 2015. Ketika itu, dua pria bersenjata menyerbu kantor majalah itu di Paris, sehingga menewaskan 12 orang.