REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI --Kerusuhan terjadi di Panchkula, Haryana, India setelah aksi protes ditangkapnya seorang pemimpin sekte agama berlangsung. Dalam kejadian itu, sebanyak 32 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya dilaporkan terluka.
Pendukung dari pemimpin sekte Dera Sacha Sauda bernama Gurmeet Ram Rahim Singh dituduh melakukan pemerkosaan terhadap dua orang perempuan pada 2002. Hingga kemudian secara resmi pada 2008 dijerat dengan hukuman dan ditahan.
Sejak itu, kasus Singh berjalan. Hingga pada Jumat (25/8) lalu, keputusan pengadilan dijadwalkan untuk dikeluarkan kepada pemimpin sekte tersebut yang juga dituding melakukan intimidasi.
Kerusuhan berawal saat para pendukung Singh berkumpul di depan pengadilan dan menunggu putusan hakim. Setidaknya ada 100 ribu anggota sekte Dera Sacha Sauda yang berada di sana, hingga kemudian mereka mulai menyuarakan protes.
Bentrokan terjadi beberapa saat setelahnya. Kerusuhan juga terus terjadi di beberapa daerah yang terdapat banyak pendukung Singh, salah satunya Sirsa, kota pusat sekte Dera Sacha Sauda. Kemudian, di Ibu Kota New Delhi gelombang protes juga bermunculan dan berujung aksi anarkis.
Sejumlah saksi mata mengatakan, para pendukung Singh menyuarakan aksi protes dan kemudian melempar batu. Tak hanya itu, mereka mulai melakukan tindakan anarkis dengan membakar kendaraan.
Atas kerusuhan itu, setidaknya 550 orang ditahan. Menurut Kepolisian Panchkula, banyak senjata yang mereka bawa seluruhnya disita.
Sebelumnya, polisi yang berada di lokasi kejadian uga menembakkan meriam air dan gas air mata untuk menghentikan kerusuhan. Petugas keamanan sempat melepas tembakan dengan senjata api ke udara sebagai upaya tambahan.
Kerusuhan karena pendukung Singh juga membuat Perdana Menteri India Narendra Modi menyuarakan keprihatinan. Ia meminta agar seluruh masyarakat tetap tenang dan mengecam berbagai tindak kekerasan yang dapat terjadi.
"Kerusuhan dan kekerasan ini sangat menyedihkan. Saya sangat mengutuk tindakan ini dan mendesak setiap orang untuk menjaga perdamaian," ujar Modi melalui jejaring Twitter dilansir Washington Post, Ahad (27/8).