Senin 28 Aug 2017 08:57 WIB

Muslim Rohingya: Bahkan Bayi Jadi Korban Tentara Myanmar

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Myanmar berpatroli di Kota Laukkai, Ibu Kota Kokang.
Foto: irrawaddy.org
Tentara Myanmar berpatroli di Kota Laukkai, Ibu Kota Kokang.

REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINEE -- Tentara Myanmar telah dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum di wilayah Rakhine. Penduduk dan aktivis menuduh tentara menembak tanpa pandang bulu kepada pria Rohingya yang tidak bersenjata, wanita dan anak-anak. Mereka juga dituding melakukan aksi pembakaran.

Hampir 100 orang dilaporkan telah terbunuh sejak Jumat ketika orang-orang bersenjata, yang dilaporkan berasal dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), melancarkan serangan pra-fajar di pos terdepan polisi di wilayah yang bergejolak. .

Tentara telah mengumumkan perang melawan terorisme dengan mengepung kota Maungdaw, Buthidaung dan Rathedaung, yang menampung sekitar 800 ribu orang, dan memberlakukan jam malam dari pukul 18.00  sampai 06.00. .

Menurut penduduk Rohingya, korban tewas dari kelompok mereka jauh lebih tinggi. Setidaknya 800 minoritas Muslim, termasuk puluhan perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dalam kekerasan tersebut.

Aziz Khan, seorang penduduk Maungdaw, mengatakan tentara tersebut menyerang desanya pada Jumat pagi dan mulai menembaki tanpa pandang bulu ke mobil dan rumah orang-orang.

"Pasukan pemerintah dan polisi penjaga perbatasan membunuh setidaknya 11 orang di desaku. Ketika mereka tiba, mereka mulai menembaki segala sesuatu yang bergerak. Beberapa tentara kemudian melakukan serangan pembakaran," ujar Khan seperti dilansir Aljazirah, Senin (28/8).

Baca juga,  Aung San Suu Kyi: Tidak Ada Pembersihan Etnis Rohingya.

Menurut Khan, perempuan dan anak-anak juga termasuk di antara korban tewas. Bahkan bayi pun tidak terhindar dari serangan.  Ro Nay San Lwin, seorang aktivis Rohingya dan blogger yang berbasis di Eropa, mengatakan sekitar  5.000 - 10 ribu orang diusir dari rumah mereka oleh serangan baru-baru ini.

Dengan menggunakan jaringan aktivis di lapangan untuk mendokumentasikan konflik tersebut, San Lwin mengatakan bahwa masjid dan madrasah telah dibakar habis, dengan ribuan Muslim terdampar tanpa makanan dan tempat berlindung. "Paman saya sendiri terpaksa melarikan diri dari pemerintah dan militer," katanya.

San Lwin menjelaskan, tidak ada bantuan dari pemerintah tetapi  rumah rakyat telah hancur dan barang-barang mereka dijarah. "Tanpa makanan dan perlindungan, mereka tidak tahu kapan akan dibunuh," katanya.

Berbicara kepada Aljizarah dengan nama samaran, Myint Lwin, seorang penduduk kota Buthidaung mengatakan, ketakutan telah mencengkeram setiap rumah tangga.

"Orang-orang telah berbagi video tentang pembunuhan di WhatsApp Video tentang wanita dan anak-anak dibunuh Orang-orang yang tidak bersalah ditembak mati. Anda tidak bisa membayangkan betapa takutnya kita," katanya.

Ia menjelaskan, tidak ada yang mau meninggalkan rumah. Muslim takut pergi ke berbagai tempat. Seperti rumah sakit, pasar dan tempat lainnya. Video yang diunggah di media sosial menunjukkan puluhan pria, wanita dan anak-anak melarikan diri hanya dengan pakaian di badan mereka saat mencari perlindungan di sawah.

Keamanan telah memburuk di Rakhine sejak pemerintah Aung San Suu Kyi mengirim ribuan tentara ke desa Rohingya  Oktober lalu setelah sembilan polisi tewas oleh kelompok bersenjata Rohingya.

Serangan pasukan keamanan telah dilanda oleh tuduhan pembakaran, pembunuhan dan pemerkosaan; Dan memaksa lebih dari 87 ribu Rohingya untuk melarikan diri ke Bangladesh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement