REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres telah tiba di Tel Aviv, Israel, pada Ahad (27/8). Kunjungan perdananya ke Israel sebagai sekjen PBB akan dimanfaatkan untuk membahas sejumlah isu terkait Palestina dan Israel.
Dalam kunjungan tiga harinya, Guterres dijadwalkan akan menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (28/8). Setelah itu, ia juga akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah di Ramallah pada Selasa (29/8).
Terkait kunjungan ini, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon berharap Guterres dapat bersikap objektif terhadap Israel dan memperlakukannya sama seperti dengan negara anggota PBB lainnya. Israel diketahui memiliki hubungan yang cukup lemah dengan PBB akibat aksi dan tindakannnya terhadap rakyat Palestina.
"Kami berharap sekjen (PBB) bersikap objektif. Kami tidak berharap dia akan mendukung Israel," ungkap Danon, seperti dilaporkan laman The Jerusalem Post, Ahad (27/8).
"Ketika dia (Guterres) mengambil alih tugas (sebagai sekjen PBB), dia mengatakan akan memperlakukan Israel seperti negara lainnya di PBB. Jika dia memenuhi komitmen itu, tentu ini akan menjadi prestasi besar," kata Danon menambahkan.
Guterres pun dijadwalkan mengunjungi Jalur Gaza yang diblokade. Pekan lalu, PBB telah berjanji akan mengucurkan dana senilai 2,5 juta dolar AS untuk membantu krisis kemanusiaan di Gaza.
Dana tersebut rencananya akan dimanfaatkan untuk pasokan listrik serta obat-obatan yang kian menipis di sana. Krisis kemanusiaan di Gaza memang semakin parah ketika Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutuskan untuk memangkas bantuan finansial ke daerah terisolasi tersebut guna menekan Hamas.
Terkait kunjungan Guterres, pada peringatan 50 tahun Perang Enam Hari beberapa waktu lalu, ia secara tegas menyoroti perihal nasib dan kesengsaraan rakyat Palestina. "Di antara mereka adalah generasi demi generasi rakyat Palestina yang dipaksa untuk tumbuh dan tinggal di kamp-kamp pengungsiaan, banyak yang berada dalam kemiskinan, dan dengan sedikit atau tidak memiliki prospek kehidupan lebih baik untuk anak-anak mereka," kata Guterres kala itu.
Menurutnya pendudukan Israel memang menjadi penyebab kesengsaraan rakyat Palestina. Hal ini juga yang menjadi pemicu berulangnya siklus kekerasan dan retribusi.
"Kelanjutannya adalah mengirim pesan yang tak terbantahkan kepada generasi-generasi rakyat Palestina bahwa impian mereka akan kenegaraan ditakdirkan untuk tetap seperti itu, sebuah mimpi. Dan kepada orang-orang Israel bahwa keinginan mereka akan perdamaian, keamanan dan pengakuan regional tetap tak terjangkau," ujar Guterres. (Kamran Dikarma)