REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 40 warga pengungsi Rohingya di Indonesia menggelar aksi solidaritas di depan kantor UNHCR, Kebon Sirih Jakarta Pusat, (28/8). Aksi dilakukan sebagai bentuk penolakan genosida di Rohingya Myanmar.
Salah satu perwakilan pengungsi Karimullah meminta, UNHCR segera menemui Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan diplomasinya ke PBB menghentikan kejahatan kemanusiaan di Rohingya.
"Kami meminta UNHCR temui presiden dan menyampaikan penderitaan saudara-saudara kami di sana," kata Karimullah saat menggelar aksi solidaritasnya.
Karimullah mengatakan, hanya seorang sekelas presidenlah yang tuntutannya bisa didengar PBB. Karimullah mengatakan, berapapun banyaknya mereka melakukan aksi pasti tidak akan didengar, terlebih dia statusnya sebagai pengungsi yang masih transit di Indonesia sebelum diberangkatkan ke negara ketiga Australia, Kanada, dan Amerika.
Pantaun Republika.co.id, sekitar 40 orang yang aksi sebagiannya adalah anak-anak para pengungsi yang masih berumur 5-10 tahun. Bahkan ada satu bayi berusia dua bulan diajak aksi.
Mereka sama-sama meneriakan tuntutan agar pemerintah Indonesia peduli terhadap Rohingya yang masyoritas Muslim. "Selamatkan Rohingya.Rohingya-Rohingya. Stop Genosida Rohingya-Rohingya," katanya meneriakan yel-yel berisi tuntutan.
Sebelumnya aksi dilakukan di depan Istana Negara namun aksi mereka ditolak petugas keamanan, karena mereka tidak memiliki ijin melakukan aksi. Untuk itu petugas keamanan meminta mereka menggelar aksi di kantor UNHCR Jalan Kebon Siri, Jakarta Pusat.
Saat ini tiga orang perwakilan aksi sudah diterima pihak UNHCR sebagai bentuk respon terhadap tuntutan para demonstran. Di antara perwakilan aksi yang di terima UNHCR di antaranyaKarimullah, Anwar Sadat, Nurhasan.