REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar tiga dari 40 orang pengungsi Ronghiya diterima perwakilan UNHCR, Senin(28/8) siang. Perwakilan pengungsi diterima setelah 30 menit orasi di depan kantor UNHCR di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat.
Mereka berorasi untuk meminta bantuan Presiden Joko Widodo menyelamatkan warga Rohingya dari kejahatan kemanusiaan yang semakin jadi di negara itu.
Nurhasan salah satu pengungsi yang diterima komisi untuk masalah kemanusiaan itu mengatakan, ia diterima perwakilan UNHCR selama kurang lebih 25 menit. Ia mengatakan, UNHCR berjanji akan bersurat kepada Presiden Jokowi untuk menyampaikan permintaan para pengungsi. "Kami meminta bantuan Bapak Presiden Jokowi membebaskan sodara-sodara kami dari kejahatan kemanusian," kata Nurhasan, kepada Republika.co.id setelah keluar dari kantor UNHCR, Senin (28/8).
Nurhasan pengungasi Rohingya yang sudah limat tahun tinggal di Indonesia ini mengatakan, hasil dari pertemuan selama 25 menit itu UNHCR berjanji akan menyampaikan tuntutan para pengungsi agar Prsiden Jokowi membantu warga Rohingya melalu surat. "Kami berharap bapak Presiden Jokowi merespons permintaan kami yang dikirim lewat surat UNHCR," katanya.
Nurhasan mengatakan sebenarnya ia bersama pengungsi lainnya melakukan orasinya di Istana, namun ia tidak diijinkan pihak keamanan. Pihak keamanan yang berjaga di Istana meminta para pengungsi melakukan orasinya di UNHCR. "Kami dilarang karena katanya kami bukan warga negara Indonesia," katanya.
Nurhasan mengatakan setiap harinya korban di Rohingya bisa mencapai 200-300 orang. Mereka mendapat perlakuan kekejam dari pihak militer Myanmar. "Saudara kami yang muslim di sana dibunuh, wanitanya diperkosa bayinya di buang kelaut. Hari ini saja jutaan mayat belum diangkut dari laut," katanya.
Sebelumnya sekitar pukul 11.00 sampai pukul 12.00 para pengisi Rohingya yang tinggal di daerah Jabodetabek melakukan orasi bersama istri dan anaknya. Orasi mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap sodara Muslim di Rohingya.