Selasa 29 Aug 2017 06:39 WIB

Jamaah Muslimin Hizbullah Kutuk Serangan ke Muslim Rohingya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
 Muslim Rohingya menangis setelah ditangkap oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh di perbatasan Cox Bazar, Bangladesh, (21/11).
Foto: Reuters/Mohammad Ponir Hossain
Muslim Rohingya menangis setelah ditangkap oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh di perbatasan Cox Bazar, Bangladesh, (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamaah Muslimin Hizbullah menyatakan sikap mengutuk keras penyerangan bersenjata yang sudah menjurus kepada pemusnahan etnis Muslim di Rohingya. Aksi tersebut merupakan kezaliman yang sangat nyata, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Alquran.

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Q.S. Al-Ma'idah [5]: 32);

"Ini sehubungan dengan terjadinya penyerangan dengan senjata berat oleh pihak militer Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya pada pekan terakhir Agustus 2017 yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Dikhawatirkan jumlahnya bertambah karena buruknya situasi di kawasan tersebut," kata Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, dalam siaran pers yang diterima, Selasa (29/8).

Kedua, lanjut Yakhsyallah, bahwa pihak militer Myanmar beralasan membela diri atas serangan yang dilakukan oleh kelompok militan dari etnis Rohingya. Mereka menggunakan alasan tersebut untuk menyerang warga sipil lainnya yang tidak berdosa dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan merupakan pelanggaran terhadap hukum Internasional.

Ketiga, menyerukan kepada pemerintah yang sedang berkuasa di Myanmar hendaknya memberikan perlindungan kepada etnis Rohingya dan memperlakukannya dengan baik. Sebagaimana perlakuan terhadap warga negara Myanmar dari etnis yang lain dan mengatasi konflik yang terjadi dengan mengedepankan pendekatan kemanusiaan bukan pendekatan militer yang mengakibatkan makin banyaknya jatuh korban.

Keempat, menyerukan kepada Muslim Rohingya untuk membangkitkan semangat dan kepercayaan diri sebagai manusia merdeka yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Myanmar yang lainnya serta berusaha membangun perdamaian. Juga jauh dari potensi makar yang sering digunakan sebagai alasan oleh pihak penguasa untuk menindas gerakan-gerakan yang dinilai separatis.

"Bumi di mana saja dipijak sejatinya adalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan agar dimakmurkan dan dijaga dari pengrusakan dalam bentuk apapun," ujar dia.

Kelima, mengajak seluruh umat Islam untuk terus membangun kesadaran tentang pentingnya kesatuan ummat dalam satu Jama'ah dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kelalaian selama ini terhadap nasib saudara sesama muslimin serta menghimpun dukungan moral dan material guna membantu umat Islam yang menderita di Myanmar maupun di seluruh penjuru dunia.

"Berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi kemenangan Islam dan Muslimin, serta terwujudnya keadilan dan perdamaian dunia," tutur dia.

Imbauan keenam, yakni mendukung langkah-langkah diplomatis yang selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan amanat konstitusi. Yakni aktif ikut serta dalam upaya menghadirkan perdamaian dunia dan terbebaskannya warga dunia dari semua bentuk penjajahan dan kezaliman di muka bumi.

"Kami mendorong Pemerintah Republik Indonesia untuk lebih intensif melakukan upaya persuasif dengan berbagai pihak terkait agar konflik di Rohingya dapat segera terselesaikan dengan damai dan menguntungkan semua pihak," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement