Selasa 29 Aug 2017 12:32 WIB

Australia: Korut Terus Mengancam Perdamaian Dunia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Winda Destiana Putri
Rudal balistik DF-3 (ilustrasi)
Foto: [ist]
Rudal balistik DF-3 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, pada Selasa (29/8), mengecam uji coba rudal terbaru yang dilakukan Korea Utara (Korut). Ia menyerukan dan mendesak semua negara untuk menerapkan sanksi paling keras terhadap negara pimpinan Kim Jong-un tersebut.

"Rezim Korut secara sembarangan terus mengancam perdamaian serta stabilitas di kawasan dan dunia. Kami meminta semua negara untuk menjatuhkan sanksi terberat sebagaimana ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Korut," kata Turnbiull, seperti dikutip laman the Guardian.

Ia pun mendesak Cina agar berperan lebih aktif untuk memeringatkan Korut terkait program rudal dan nuklir yang tengah dikembangkannya. "Sangat penting bahwa Cina memainkan perannya. Mereka memiliki kemampuan untuk menyadarkan Korut tanpa melalui tindakan militer dan mereka harus memanfaatkan pengaruh ekonomi untuk melakukannya," ujar Turnbull.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop juga menyoroti uji coba rudal terbaru Korut. Menurutnya, tindakan tersebut jelas merupakan tindakan berbahaya, provokatif, tidak stabil, dan mengancam. "Rezim Korut telah melanggar sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB dan bertindak secara ilegal," kata Bishop.

Pada Selasa (29/8) dini hari, Korut kembali meluncurkan sebuah rudal balistik yang melintasi Jepang. Rudal tersebut terbang di atas pulau Hokaido sebelum mendarat di Pasifik, tepatnya sekitar 1.180 kilometer di timur pulau tersebut.

Korut, pada awal Agustus, telah sesumbar akan melakukan balas dendam berkali-kali lipat terhadap Amerika Serikat (AS). Ancaman terhadap AS dilayangkan setelah Negeri Paman Sam menginisiasi peneranpan sanksi terbaru Dewan Keamanan PBB terhadap Korut.

Sanksi itu berupa pelarangan ekspor komoditas utama Korut, seperti batu bara, besi, bijih besi, dan hasil laut. Sanksi ini diperkirakan dapat menyebabkan Korut kehilangan pendapatan senilai 3 miliar dolar AS setiap tahunnya.

Korut juga mengancam akan menyerang Guam, sebuah pulau di Samudra Pasifik yang menjadi pangkalan dan basis militer AS. Namun serangan ini ditunda. Korut beralasan negaranya akan menunggu tindakan provokatif AS terlebih dulu di Semenanjung Korea sebelum melancarkan serangannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement