REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Muslim Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh meninggalkan Myanmar menghadapi bahaya penyakit. Pemerintah Bangladesh berupaya mengirim mereka pulang meski PBB mengizinkan mereka untuk tinggal.
Sedikitnya 109 orang tewas dalam bentrokan di Myanmar, kebanyakan dari mereka adalah militan Rohingya namun termasuk anggota pasukan keamanan Myanmar dan warga sipil. Bangladesh sudah menjadi tuan rumah lebih dari 400 ribu Rohingya yang telah melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha sejak awal 1990-an.
Pemerintah Bangladesh mengatakan, mereka tidak akan menerima kedatangan Rohingya lagi. Penjaga perbatasan Bangladesh berupaya memblokir orang-orang Rohingya menyeberang, dan akan mengumpulkan, mengirim kembali warga Rohingya yang menyeberang ke Bangladesh.
Pejabat penjaga perbatasan mengatakan, mereka telah mengirim sekitar 550 warga Rohingya sejak Senin, melalui sungai Naf yang memisahkan kedua negara. Meskipun ada permintaan dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres agar Dhaka mengizinkan warga Rohingya mencari keamanan di wilayahnya.
Diperkirakan 5.000 orang Rohingya telah berhasil menyeberang ke Bangladesh dalam beberapa hari terakhir, sebagian besar tergelincir pada malam hari di perbatasan darat dekat Desa Gumdhum di Bangladesh. "Banyak yang sakit dan setidaknya enam orang meninggal setelah menyeberang," kata seorang pekerja bantuan, Selasa, (29/8).
Ketakutan tertangkap dan dikirim kembali berarti banyak warga Rohingya yang menolak untuk meminta pertolongan. "Kami melihat banyak orang Rohingya sakit," kata pekerja agen internasional di Bangladesh tersebut.
Ini terjadi karena mereka terjebak di perbatasan sebelum mereka bisa masuk. Kebanyakan wanita dan anak-anak.
Orang-orang Rohingya berjalan menuju tempat penampungan darurat di dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, setelah dibatasi oleh anggota Border Guards Bangladesh (BGB) untuk memasuki wilayah Bangladesh, di Cox''s Bazar, Bangladesh pada tanggal 28 Agustus 2017. "Kami melakukan semua upaya tapi diperlukan respon yang cepat," kata pekerja bantuan tersebut.
Ada yang menahan diri untuk tidak menjalani perawatan agar tidak ditangkap. Ribuan orang Rohingya terdampar di tanah tak bertuan di antara kedua negara. Mereka mencoba masuk ke Bangladesh.