REPUBLIKA.CO.ID,Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Australia dapat segera dikirim ke Filipina Selatan untuk membantu Angkatan Bersenjata setempat memerangi para militan kelompok teroris ISIS di selatan negara itu.
Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengungkapkan bahwa pihaknya telah menawarkan bantuan tersebut kepada Presiden Rodrigo Duterte dalam kunjungan ke Manila bulan ini. "Jelas kita akan siap mendukung Filipina dengan cara yang sama seperti kita mendukung Irak dalam memberikan saran, bantuan dan pelatihan," kata Menlu Bishop kepada wartawan di Canberra.
"Angkatan Bersenjata (Filipina) sedang terlibat dalam pertarungan yang cukup brutal melawan ISIS," katanya. "Kami menawarkan untuk membantu dengan cara apapun yang memungkinkan untuk mengalahkan momok ini di Filipina selatan - di kawasan kita."
Menlu Bishop menekankan bahwa bantuan yang ditawarkan Australia tersebut bukan dalam bentuk mengirimkan pasukan tempur ke wilayah yang terkepung di mana ISIS sedang mencoba mendirikan markas besarnya di Asia Tenggara.
"Saya bertemu dengan Presiden secara rinci mengenai dukungan yang kami berikan di Irak, yang tidak termasuk pengiriman tentara ke lapangan," katanya.
"Saya tahu Amerika Serikat juga menawarkan bantuan. Saya tahu Malaysia dan Indonesia siap untuk mendukung Singapura dan siap mendukung Filipina jika mereka meminta dukungan tersebut," tambahnya
Pesawat pengintai Royal Australian Air Force (RAAF) sudah beroperasi di wilayah tersebut, memberikan data intelijen kepada pihak militer Filipina. Badan intelijen dan keamanan Australia semakin khawatir dengan munculnya militan yang terinspirasi ISIS di sekitar Kota Marawi yang dilanda perang.
Pekan lalu, kepala badan intelijen asing Australia ASIS, Nick Warner, mendapat banyak kritikan ketika berpose dengan Presiden Duterte dalam pertemuan di mana mereka membahas ancaman ISIS di Filipina.
Pada bulan Juni, komandan jenderal Pasukan Korps Marinir AS di Pasifik mengatakan kepada ABC bahwa dia memperkirakan pasukan Australia akan segera bergabung dengan personil AS memerangi ekstremis Islam di Asia Tenggara.
"Kita memiliki sejarah panjang sebagai kekuatan ekspedisi saat dibutuhkan. Kita mulai dari hal yang sama saya kira, dan kita beroperasi bersama selama 100 tahun," kata Letnan Jenderal David Berger.
Diterbitkan Selasa 29 Agustus 2017 oleh Farid M Ibrahim dari artikel ABC Australia di sini.