REPUBLIKA.CO.ID, KANBERRA -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, pada Rabu (30/8), telah menjalin komunikasi via telepon untuk membahas krisis Korea Utara (Korut). Dalam kesempatan tersebut, Turnbull menyatakan dukungan dan solidaritas kepada Jepang untuk menghadapi ancaman Korut.
Selama panggilan telepon, Turnbull dan Abe setuju untuk mempertahankan kerja sama yang erat untuk menangani eskalasi di Semenanjung Korea. Dalam kesempatan tersebut, Abe juga menyambut baik penghukuman cepat atas uji coba rudal yang dilakukan Pyongyang pada Selasa (29/8). Abe mengucapkan terima kasih kepada Turnbull atas dukungan pemerintah Australia yang mendukung penuh sanksi terhadap Korut.
Menurut Turnbull, pemimpin Korut Kim Jong-un tampaknya tengah berupaya untuk mengintimidasi Jepang dan Korea Selatan melalui uji coba rudalnya. Bila Korut memulai peperangan, Turnbull menilai, mereka akan segera dikalahkan. “Ini akan menjadi catatan bunuh diri dari pihak mereka (Korut),” kata Turnbull ketika diwawancara Nine Network, seperti dikutip laman the Guardian.
Terkait hal ini, Turnbull masih mengharapkan peran yang lebih aktif dari Cina. Ia berpendapat Cina kembali memiliki peran sentral untuk memberikan tekanan kepada Pyongyang. Dan pada akhirnya Cina dapat menyadarkan rezim Korut bahwa uji coba rudal yang mereka lakukan adalah keliru.
Ia menegaskan memang sudah sepatutnya rezim Korut sadar. “Tidak ada yang menginginkan konflik dan kami memerlukan pengetatan ekonomi lanjutan terhadap Korut karena pada akhirnya hal itu akan mengembalikan kesadarannya,” ujar Turnbull.